Penemu Vaksin AstraZeneca: Pandemi Berikutnya Bisa Lebih Mematikan

Penemu Vaksin AstraZeneca: Pandemi Berikutnya Bisa Lebih Mematikan

Novi Christiastuti - detikNews
Senin, 06 Des 2021 19:00 WIB
Sarah Gilbert, professor of vaccinology at Oxfords Jenner Institute and Nuffield Department of Clinical Medicine, poses for a photo in Oxford, England, Friday June 11, 2021. Queen Elizabeth II has used her birthday honors list to celebrate those at the forefront of the U.K.s rapid rollout of coronavirus vaccines over the past few months, which has been credited with turning around the countrys pandemic response. Two of the most high-profile women in the vaccination drive, Professor Sarah Gilbert of the University of Oxford, and venture capitalist Kate Bingham, the former head of the U.K. Vaccines Taskforce, have been recognized with damehoods in the list that was published late Friday. (Steve Parsons/PA via AP)
Sarah Gilbert, profesor vaksinologi yang memimpin pengembangan vaksin Oxford-AstraZeneca (Steve Parsons/PA via AP)
London -

Pengembang utama vaksin virus Corona (COVID-19) buatan Oxford-AstraZeneca memperingatkan bahwa pandemi berikutnya bisa jadi 'lebih mematikan'. Mereka mendesak kesiapan yang lebih baik untuk menghadapi kemungkinan pandemi selanjutnya.

Seperti dilansir AFP, Senin (6/12/2021), Sarah Gilbert yang berjasa menyelamatkan jutaan nyawa melalui perannya dalam merancang vaksin Corona tersebut, menyatakan bahwa dunia harus mengambil pelajaran penting dari pandemi Corona.

"Ini tidak akan menjadi terakhir kalinya sebuah virus mengancam kehidupan dan mata pencaharian kita. Sebenarnya, yang berikutnya bisa jadi lebih buruk. Itu bisa jadi lebih menular, atau lebih mematikan, atau keduanya," cetus Gilbert dalam draf pidatonya untuk Richard Dimbleby Lecture, yang akan disiarkan Senin (6/12) malam waktu setempat.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Kita tidak bisa membiarkan situasi di mana kita telah melalui semua yang harus kita lalui, dan kemudian mendapati bahwa kerugian ekonomi yang sangat besar yang kita alami berarti masih tidak ada pendanaan untuk kesiapan pandemi," imbuhnya.

"Kemajuan yang telah kita capai, dan pengetahuan yang kita dapatkan, tidak boleh hilang," ujar Gilbert mengingatkan.

ADVERTISEMENT

Vaksin Oxford-AstraZeneca, yang menjadi vaksin Corona pertama yang disetujui di Inggris, telah digunakan di lebih dari 170 negara secara global. Vaksin ini jauh lebih murah dan lebih mudah untuk dikirimkan dibandingkan yang lainnya, dan berkontribusi dalam peningkatan akses terhadap vaksin di negara-negara miskin.

Gilbert diberi gelar 'Dame' oleh Ratu Elizabeth II pada awal tahun ini untuk jasanya bagi sains dan kesehatan publik atas keterlibatannya dalam pengembangan vaksin Corona.

Lihat juga Video: Begini Kondisi Warga Malang yang Diviralkan Buta Usai Vaksinasi

[Gambas:Video 20detik]



Dia telah membuat dan menguji vaksin selama lebih dari satu dekade, terutama menggunakan antigen dari malaria dan influenza, dan menginisiasi proyek vaksin COVID-19 pada awal tahun 2020 setelah virus Corona pertama muncul di China.

Ketika dunia sekarang menghadapi varian baru Omicron, dengan nyaris 250 kasus varian baru itu kini teridentifikasi di Inggris. Gilbert menyerukan agar kehati-hatian tetap dijaga.

"Hingga kita mengetahui lebih banyak, kita harus berhati-hati, dan mengambil langkah-langkah untuk memperlambat penyebaran varian baru ini," cetus Gilbert.

"Tapi seperti yang kita telah lihat sebelumnya, berkurangnya perlindungan terhadap infeksi dan penyakit ringan tidak berarti berkurangnya perlindungan terhadap penyakit parah dan kematian," imbuhnya.

(nvc/ita)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.
Hide Ads