Tepis Tudingan Macron, PM Australia Tegaskan Tak Pernah Bohong

ADVERTISEMENT

Tepis Tudingan Macron, PM Australia Tegaskan Tak Pernah Bohong

Novi Christiastuti - detikNews
Jumat, 12 Nov 2021 14:24 WIB
FILE - In this Nov. 17, 2020, file photo, Australian Prime Minister Scott Morrison reviews an honor guard during a ceremony ahead of a meeting at Japanese Prime Minister Yoshihide Sugas official residence in Tokyo. Morrison said Monday, Nov. 30, 2020, a tweet by a Chinese official which shows a fake image of an Australian soldier appearing to slit a childs throat is “truly repugnant.
Scott Morrison (Kiyoshi Ota/Pool Photo via AP, File)
Canberra -

Perdana Menteri (PM) Australia, Scott Morrison, mengatakan dirinya tidak pernah berbohong sejak pertama terpilih menjadi anggota parlemen tahun 2007. Penegasan ini menepis tuduhan Presiden Prancis, Emmanuel Macron, yang menyebutnya berbohong soal kesepakatan kapal selam.

Seperti dilansir Reuters, Jumat (12/11/2021), Macron pada bulan ini menuduh Morrison berbohong kepadanya soal keputusan Australia membatalkan kesepakatan miliaran dolar dengan Prancis untuk membangun armada kapal selam baru.

Kritikan terhadap Morrison semakin meningkat pekan ini, saat dia mengumumkan bahwa pemerintahannya menghabiskan anggaran AU$ 178 juta untuk mendukung kendaraan listrik, padahal diketahui tiga tahun lalu dia mengkritik teknologi tersebut.

Namun ketika ditanya pada Jumat (12/11) waktu setempat, Morrison menolak tuduhan bahwa dia telah berbohong.

"Tidak, saya tidak meyakini saya pernah (berbohong), tidak," tegas Morrison kepada radio lokal 3AW.

"Itu politik. Orang-orang menghina saya sepanjang waktu ... Saya telah belajar dalam kehidupan publik untuk waktu yang lama agar tidak mudah tersinggung, untuk tidak sakit hati," imbuhnya.

Diketahui bahwa integritas Morrison tidak boleh dipertanyakan menjelang pemilu parlemen pada Mei 2022. Jajak pendapat secara luas menunjukkan pemerintahan koalisi Morrison membuntuti oposisi Partai Buruh, dengan polling Guardian Essential yang dirilis pekan ini menunjukkan angka kepuasan pemilih terhadap sang PM mencapai level terendah dalam 18 bulan terakhir.

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT