Pemerintah Bahrain menyerukan warganya yang berada di Lebanon untuk segera meninggalkan negara tersebut. Seruan ini disampaikan mengikuti pemerintah Uni Emirat Arab (UEA) yang telah mengeluarkan seruan serupa, dalam perselisihan terkait pernyataan seorang menteri Lebanon mengenai perang Yaman.
Menteri Informasi Lebanon George Kordahi memicu perselisihan itu dengan wawancara yang direkam pada Agustus dan ditayangkan pekan lalu. Dalam wawancara itu, dia mengatakan bahwa kelompok pemberontak Houthi di Yaman yang didukung Iran "membela diri ... melawan agresi eksternal".
Seperti diberitakan kantor berita AFP, Rabu (3/11/2021), Kementerian Luar Negeri Bahrain "mendesak semua warga di Lebanon untuk segera pergi, menyusul situasi tegang di sana, yang memerlukan kehati-hatian ekstra", kata kementerian dalam sebuah pernyataan yang disampaikan media resmi Bahrain, Bahrain News Agency.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sebelumnya pada hari Minggu (31/10), pemerintah Uni Emirat Arab menyerukan warganya untuk keluar dari Lebanon.
Diketahui bahwa koalisi militer pimpinan Arab Saudi yang mencakup UEA dan Bahrain melakukan intervensi untuk membantu pemerintah Yaman pada 2015, setelah pemberontak Houthi merebut ibu kota Sanaa pada 2014.
Arab Saudi pada Jumat (29/10) lalu mengusir Duta Besar (Dubes) Lebanon dan menarik pulang Dubesnya dari Beirut, serta menangguhkan semua impor dari Lebanon.
Bahrain dan Kuwait kemudian mengikuti dengan tindakan serupa, dan UEA pada hari Sabtu (30/10) menarik diplomatnya dari Beirut dalam "solidaritas" dengan Riyadh.
Kementerian Luar Negeri Saudi mengatakan langkah tersebut diambil sebagai respons atas pernyataan "menghina" tentang perang Yaman yang dilontarkan menteri Lebanon. Saudi juga mengatakan langkah itu diambil karena pengaruh gerakan Muslim Syiah, Hizbullah di Lebanon.
Riyadh mengatakan berurusan dengan Beirut "tidak ada gunanya" karena dominasi Hizbullah yang didukung Iran tersebut.
Pemerintah Lebanon telah mendesak untuk melakukan pembicaraan dengan Arab Saudi guna meredakan perselisihan ini. Situasi ini merupakan pukulan baru bagi Lebanon yang tengah dalam kekacauan keuangan dan politik, dan berjuang untuk mendapatkan bantuan, termasuk dari negara-negara Arab yang kaya.