Perselisihan antara Australia dan Prancis soal kesepakatan kapal selam yang dibatalkan masih berlanjut. Media Australia mempublikasikan pesan antara Presiden Prancis, Emmanuel Macron, dengan Perdana Menteri (PM) Scott Morrison, saat otoritas Australia berupaya melawan tuduhan berbohong.
Seperti dilansir Reuters, Selasa (2/11/2021), Australia pada September lalu membatalkan kesepakatan kontrak 5 tahun senilai AUS$ 90 juta dengan perusahaan Prancis, Naval Group, untuk membangun 12 kapal selam konvensional bertenaga diesel-listrik.
Australia saat itu justru mengumumkan aliansi baru dengan Inggris dan Amerika Serikat (AS) untuk mendapatkan armada delapan kapal selam bertenaga nuklir yang dirakit dengan teknologi AS.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pembatalan itu memicu keretakan bilateral besar, dan Macron pada Minggu (31/10) waktu setempat menuduh Morrison telah berbohong kepadanya soal niat Australia -- tuduhan yang belum pernah terjadi sebelumnya antara kedua negara sekutu tersebut. Morrison membantah tuduhan Macron tersebut.
Menurut sumber yang memahami pesan yang dipublikasikan media Australia itu, Morrison mencoba menghubungi Macron untuk membahas soal kontrak kapal selam itu pada 14 September, atau dua hari sebelum kesepakatan dengan Inggris dan AS diumumkan.
Disebutkan bahwa Macron saat itu merespons dengan pesan berbunyi: "Haruskah saya mengharapkan kabar baik atau kabar buruk untuk ambisi kapal selam bersama kita?"
Pesan Morrison kepada Macron tidak ikut dibocorkan ke publik. Sumber ini tidak bisa disebut identitasnya karena sensitivitas isu ini.
Lihat juga Video: Australia Jawab Kekecewaan Macron soal Kapal Selam
Sebelumnya Prancis menyatakan Australia tidak berupaya memberitahu pihaknya soal pembatalan kesepakatan kapal selam hingga otoritas Australia mengumumkan kesepakatan baru dengan Inggris dan AS.
"Tidak diragukan lagi Morrison perlu mengedepankan langkahnya dan meyakinkan warga Australia dan sekutunya bahwa dirinya tidak bermuka dua dan berbohong, tapi ada kekhawatiran besar bahwa proyek itu tidak akan selesai," sebut profesor Ilmu Politik pada Universitas Flinders di Australia Selatan, Haydon Manning.
Bulan ini, Uni Eropa menunda babak selanjutnya untuk pembicaraan soal potensi perdagangan bebas untuk kedua kalinya, di tengah kemarahan yang membara atas keputusan Australia membatalkan kesepakatan dengan Prancis.