Reaksi Keras Australia Dituding Macron Bohong Soal Kapal Selam

Reaksi Keras Australia Dituding Macron Bohong Soal Kapal Selam

Novi Christiastuti - detikNews
Senin, 01 Nov 2021 18:02 WIB
FILE - In this Tuesday, Jan. 24, 2017 file photo, French presidential candidate and former French Economy Minister Emmanuel Macron speaks during a press conference at the Government House, in downtown Beirut, Lebanon. French President Emmanuel Macron is traveling to Lebanon on Thursday Aug. 6, 2020, to offer support for the country after the massive, deadly explosion in Beirut. Lebanon is a former French protectorate and the countries retain close political and economic ties.  (AP Photo/Bilal Hussein, File)
Emmanuel Macron (AP Photo/Bilal Hussein, File)
Canberra -

Perdana Menteri (PM) Australia, Scott Morrison, membantah tuduhan Presiden Prancis, Emmanuel Macron, yang menyebutnya berbohong soal kesepakatan kapal selam yang dibatalkan. Reaksi keras disampaikan Wakil PM Australia, Barnaby Joyce, yang menyebut Australia tidak merusak Menara Eiffel yang tersohor di Prancis.

Seperti dilansir Associated Press, Senin (1/11/2021), Australia pada September lalu membatalkan kontrak 5 tahun senilai AUS$ 90 juta dengan perusahaan mayoritas yang dikelola pemerintah Prancis, Naval Group, untuk membangun 12 kapal selam konvensional bertenaga diesel-listrik.

Saat itu, Australia justru mengumumkan aliansi baru dengan Inggris dan Amerika Serikat (AS) untuk mendapatkan armada delapan kapal selam bertenaga nuklir yang dirakit dengan teknologi AS.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Di sela-sela pertemuan G20 di Roma, Italia, pada Minggu (31/10) malam waktu setempat, Macron menyatakan kepada wartawan Australia bahwa aliansi baru menjadi 'kabar yang sangat buruk bagi kredibilitas Australia dan kabar sangat buruk bagi kepercayaan yang bisa dimiliki mitra-mitra hebat dengan Australia'.

Saat ditanya seorang wartawan soal apakah dirinya berpikir Morrison berbohong kepadanya, Macron menjawab: "Saya tidak berpikir, saya tahu (dia berbohong)."

ADVERTISEMENT

Morrison yang juga tengah berada di Roma, membela sikapnya dan membantah tuduhan Macron. Dia menyangkal telah berbohong kepada Macron dalam pertemuan privat antara keduanya pada Juni lalu.

"Saya tidak setuju dengan itu. Itu tidak benar," tegas Morrison, seperti dilansir AFP.

"Kami makan malam bersama. Seperti yang pernah saya katakan dalam banyak kesempatan, saya menjelaskan dengan sangat jelas bahwa opsi kapal selam konvensional tidak akan memenuhi kepentingan Australia," imbuhnya.

"Saya cukup sadar dengan kekecewaan yang ada. Dan saya tidak terkejut -- itu kontrak yang signifikan. Dan saya juga tidak terkejut dengan tingkat kekecewaannya," ucap Morrison.

Tanggapan lebih keras dilontarkan sejumlah pejabat tinggi dalam kabinet Morrison. Salah satunya datang dari Wakil PM Australia, Barnaby Joyce.

"Kita tidak mencuri pulau, kami tidak merusak Menara Eiffel, itu adalah kontrak," sebut Joyce saat berbicara di Canberra pada Senin (1/11) waktu setempat.

"Kontrak memiliki syarat dan ketentuan, dan salah satu syarat dan ketentuan dan proposisi itu adalah Anda mungkin saja keluar dari kontrak. Kami keluar dari kontak itu," imbuhnya.

Secara terpisah, salah satu menteri pada kabinet Morriso, David Littleproud, menyebut kritikan Macron terhadap Morrison 'tidak masuk akal'.

Dijelaskan Littleproud bahwa Morrison tidak bisa mengungkapkan bahwa AS telah menawarkan teknologi propulsi nuklir kepada Australia saat dirinya makan bersama dengan Macron pada Juni lalu, karena alasan keamanan nasional.

Macron dilaporkan menolak untuk menerima telepon Morrison sejak isu kapal selam itu memicu kehebohan hingga beberapa jam sebelum PM Australia itu terbang ke Roma pekan lalu. Keduanya tidak menggelar pertemuan bilateral di Roma.

Namun Morrison menuturkan dirinya dan Macron 'berbicara beberapa kali' dan kemungkinan akan melakukannya lebih banyak dalam beberapa hari ke depan. Kedua pemimpin dijadwalkan sama-sama menghadiri konferensi perubahan iklim di Glasgow, Skotlandia, pekan ini.

Halaman 2 dari 2
(nvc/ita)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.
Hide Ads