Junta Myanmar menolak disalahkan usai serangan yang terjadi di kota Thantlang di negara bagian Chin Barat beberapa waktu lalu. Bahkan junta menuduh para pejuang anti-kudeta terlibat.
Seperti dilansir kantor berita AFP, Minggu (31/10/2021) pasukan pertahanan rakyat atau people's defence forces (PDF) bermunculan di seluruh negeri untuk menghadapi junta pasca kudeta Februari. Akibatnya, terjadi peningkatan serangan dan pembalasan di Myanmar.
Menurut media lokal, Khit Thit dan The Chindwin, peristiwa serangan di kota Thantlang, negara bagian Chin barat terjadi Jumat (29/10) waktu setempat. Pasukan junta awalnya terlibat konfrontasi dengan pasukan pertahanan diri setempat.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Akibat peristiwa tersebut, puluhan rumah terbakar, termasuk kantor Badan Amal Save the Children.
Juru bicara Junta, Zaw Min Tun, mengatakan kepada media lokal bahwa peran militer dalam penghancuran Thantlang adalah "tuduhan tak berdasar".
"Pasukan keamanan dan pegawai negeri kami mencoba menghentikan api, tetapi mereka tidak dapat melakukannya karena PDF itu menyerang mereka," katanya, seraya menambahkan bahwa satu tentara tewas dalam huru-hara itu.
"Itu adalah PDF yang membakar (kota), bukan Tatmadaw (militer) kami," katanya.
Dalam pernyataannya, Save the Children mengatakan setidaknya 100 bangunan diperkirakan telah hancur akibat kebakaran, yang dilaporkan terjadi sekitar pukul 11:00 pagi setelah penggunaan senjata berat.
"Api terus membakar kota dan tidak ada petugas pemadam kebakaran yang tersedia untuk mengendalikan kobaran api," kata badan amal tersebut, seraya menambahkan salah satu kantornya telah rusak.
Pada Sabtu (30/10) lalu, junta mengkonfirmasi ada dua gereja dan 70 rumah yang dibakar di Thantlang. Junta menuduh PDF sebagai pelaku pembakaran setelah pasukan keamanan bentrok dengan pejuang mereka.
Sementara itu, seorang warga Thantlang yang telah melarikan diri setelah bentrokan sebelumnya, mengatakan kepada AFP bahwa gempuran dimulai setelah anggota pasukan lokal menangkap seorang tentara.
"Segera setelah itu terjadi, artileri berat ditembakkan," katanya.
"Kami tidak tahu apakah rumah-rumah terbakar setelah terkena artileri atau mereka yang membakar rumah-rumah itu," imbuhnya..
AFP tidak dapat secara independen memverifikasi laporan dari daerah terpencil itu.
Saat bentrokan bulan lalu, sebagian besar penduduk Thantlang telah melarikan diri. Banyak dari mereka melintasi perbatasan ke India.
Save the Children mengatakan kota itu "sebagian besar kosong" ketika gempuran terjadi. Sementara para stafnya telah pergi setelah kekerasan sebelumnya.