Anak perempuan dari seorang mantan pejabat tinggi intelijen Arab Saudi mengakui dirinya sempat dibujuk oleh perwakilan pemerintah Saudi ke konsulat di Istanbul, Turki, yang menjadi lokasi wartawan Jamal Khashoggi dibunuh tahun 2018 lalu.
Seperti dilansir CNN, Kamis (28/10/2021), Hissah Al-Muzaini merupakan putri dari mantan pejabat intelijen Saudi, Saad al-Jabri, yang beberapa waktu terakhir mengungkapkan dirinya hendak dibunuh oleh tim pembunuh bayaran yang disebut dikerahkan oleh putra mahkota Saudi, Pangeran Mohammed bin Salman (MBS).
Al-Muzaini menuturkan dalam wawancara dengan wartawan senior CNN, Christiane Amanpour, pada Rabu (27/10) waktu setempat bahwa perwakilan Saudi mendorongnya untuk pergi ke Konsulat di Istanbul. Dia tidak menyebut lebih lanjut kapan tepatnya dia dibujuk pergi ke Konsulat di Istanbul.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Mereka mencoba mendorong saya untuk pergi ke sana," tuturnya. "Saya beruntung saya tidak pergi atau anak-anak saya tidak akan memiliki ibu dan ayah," ucap Al-Muzaini.
Keluarga Al-Muzaini melontarkan tuduhan ini sebelumnya dalam gugatan hukum yang diajukan awal tahun ini. Menurut gugatan hukum itu, MBS disebut 'berupaya membujuk putri Dr Saad, Hissah Al-Muzaini, ke Konsulat Saudi di Istanbul'. Belum ada tanggapan resmi dari otoritas Saudi terkait tuduhan ini.
Dalam gugatan di Washington DC, Amerika Serikat (AS), ayah Al-Muzaini menuduh MBS mengirimkan tim pembunuh bayaran untuk menghabisi nyawanya saat dia tinggal dalam pengasingan bersama keluarganya di Kanada. Tim itu disebut berhasil dicegat di bandara Ottawa dan dideportasi oleh otoritas Kanada.
Saat diwawancarai CBS pada Minggu (24/10) lalu, Al-Jabri yang sebelumnya menjadi penasihat mantan Putra Mahkota Pangeran Mohammed bin Nayef -- dilengserkan MBS dari posisinya tahun 2017 -- melontarkan kembali tuduhan yang sama terhadap MBS yang kini menjadi penguasa de-facto Saudi.
Simak juga 'Utusan Biden Temui Pangeran Salman Bahas Kematian Khashoggi':
Al-Jabri juga mengklaim MBS telah sewenang-wenang menahan dua anaknya yang lain, Sarah dan Omar, di Saudi. Kedua anak Al-Jabri itu diadili dan dihukum atas tuduhan pencucian uang dan berupaya kabur dari Saudi. Human Rights Watch (HRW) menyebut vonis terhadap keduanya 'tidak adil' dan menjadi 'upaya nyata untuk memaksa' Al-Jabri kembali ke Saudi.
Kepada Amanpour, Al-Muzaini menegaskan kembali tuduhan yang dilontarkan ayahnya dan mengklaim bahwa suaminya sendiri telah diculik. "Kami merasakan mimpi buruk dalam kehidupan nyata selama empat tahun terakhir," ucapnya.
"Bayangkan saja sendiri, Ayah Anda menjadi target skuad pembunuh, saudara-saudara Anda dipenjara dan dituduh melakukan hal-hal yang tidak pernah mereka lakukan ... suami Anda dipenjara, diculik dan kemudian disiksa," tutur Al-Muzaini.
Laporan Reuters menyebut suami Al-Muzaini yang bernama Salem ditangkap tahun lalu. Menurut Al-Muzaini, suaminya ikut ditahan di Hotel Ritz-Carlton, Riyadh, tahun 2017 lalu -- bagian dari upaya anti-korupsi yang dicetuskan MBS -- dan 'dipaksa di bawah penyiksaan untuk menandatangani penyerahan seluruh aset dan kekayaannya demi kebebasannya'.
Al-Muzaini menyebut perlakuan terhadap suami dan saudara-saudaranya menjadi bagian dari apa yang disebutnya sebagai 'dendam pribadi yang dimiliki MBS' terhadap ayahnya. "Dia takut ... apa yang diketahui ayah saya," sebutnya.
CNN berulang kali menghubungi Kedutaan Besar Saudi di Washington dan Kementerian Luar Negeri Saudi terkait klaim Al-Muzaini ini, namun belum ada tanggapan yang diberikan.
"Saya seorang putri yang bangga dan yang saya tahu bahwa metode yang mereka lakukan dengan melibatkan anggota keluarga, penculikan, penyiksaan, pemenjaraan, bukan cara yang benar yang seharusnya dilakukan pemerintah. Itu yang saya tahu," tegas Al-Muzaini.
Al-Muzaini berbicara kepada Amanpour dari Washington DC dan menyerukan kepada Presiden Joe Biden 'untuk melakukan intervensi dan membantu menyelamatkan dan menyatukan keluarga kami'. "Kami hanya akan merasa aman ketika MBS telah dicegah melakukan apa yang dia lakukan," tandasnya.