Kepolisian setempat mengakui mereka menggunakan gas air mata dan pentungan untuk mengendalikan demonstran. Unjuk rasa terbaru ini dimulai sejak Jumat (22/10) lalu di kota Lahore. Bentrokan kedua pihak menyebabkan dua polisi tewas pada hari pertama unjuk rasa, sementara TLP melaporkan lima anggotanya tewas pada Sabtu (23/10) waktu setempat.
Polisi telah menutup akses jalan utama dan persimpangan menuju ibu kota yang berjarak 300 kilometer dari lokasi protes saat ini.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Menteri Informasi Pakistan, Fawad Chaudry, menyatakan pada Rabu (27/10) waktu setempat bahwa Perdana Menteri (PM) Imran Khan dan dinas keamanan setempat sepakat memasukkan TLP dalam daftar kelompok militan. Awal pekan ini, pemerintah mengumumkan upaya pembicaraan dengan TLP, tetapi gelombang protes tetap berlanjut.
"Kami mencoba yang terbaik untuk keberhasilan pembicaraan tetapi pemerintah tidak serius dalam memenuhi komitmennya," tutur juru bicara TLP, Sajjad Saifi. "Pengusiran Duta Besar Prancis adalah tuntutan kami," imbuhnya.
Pemerintah Pakistan telah menegaskan tidak bersedia menutup kedutaan atau mengusir Duta Besar Prancis.
TLP telah melakukan kampanye anti-Prancis sejak Presiden Emmanuel Macron membela hak majalah satir untuk menerbitkan ulang kartun yang menggambarkan Nabi Muhammad, yang memicu kemarahan umat Muslim sedunia.
(nvc/nvc)