Pemerintah Korea Utara (Korut) berang dan menuduh Amerika Serikat melakukan "standar ganda" atas pengujian senjata. Hal ini dilaporkan media pemerintah Korut setelah sidang darurat Dewan Keamanan PBB mengenai masalah tersebut.
Pyongyang menembakkan jenis baru rudal balistik yang diluncurkan dari kapal selam (SLBM) pada hari Selasa (19/10) waktu setempat. Uji coba itu merupakan yang terbaru dalam serangkaian tes rudal dalam beberapa pekan terakhir. Hal ini mendorong pemerintah AS dan Inggris untuk mengadakan pertemuan diplomatik di New York.
Namun, seorang juru bicara Kementerian Luar Negeri (Kemenlu) Korea Utara mengatakan bahwa uji coba itu tidak ditujukan ke Amerika Serikat dan dilakukan "semata-mata untuk pertahanan negara".
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Jadi tidak perlu bagi AS untuk khawatir atau menyusahkan diri sendiri atas uji tembak itu," kata juru bicara tersebut dalam sebuah pernyataan yang disiarkan kantor berita resmi Korut, KCNA dan dilansir kantor berita AFP, Kamis (21/10/2021).
Dalam pernyataan itu juga disebutkan bahwa kritik Washington terhadap Korea Utara karena "mengembangkan dan menguji coba sistem senjata yang sama dengan yang dimiliki atau sedang dikembangkan oleh AS adalah ekspresi yang jelas dari standar ganda".
Juru bicara Kemenlu Korut itu mengatakan "itu hanya membangkitkan kecurigaan kami" tentang ketulusan desakan Washington bahwa mereka tidak memiliki niat bermusuhan terhadap negara tersebut.
Pemimpin Korut, Kim Jong-Un telah bertemu tiga kali dengan mantan presiden AS Donald Trump, yang membual akan menghentikan perang tetapi gagal mencapai kesepakatan komprehensif untuk mengakhiri program nuklir Korea Utara.
Lihat Video: Rusia Berhasil Uji Tembak Rudal Hipersonik dari Kapal Selam
Proses pembicaraan tersebut sebagian besar terhenti sejak gagalnya pertemuan puncak mereka di Hanoi pada awal 2019.
Presiden AS Joe Biden telah berjanji untuk terus mengupayakan diplomasi, tetapi dengan pendekatan yang lebih sederhana guna mencari area untuk kemajuan.
Awal bulan ini, Kim Jong-Un menyalahkan Amerika Serikat atas ketegangan kedua negara, membantah pernyataan Washington bahwa negara itu tidak memiliki niat bermusuhan.