Seorang tentara Korea Utara yang bertelanjang dada menghancurkan dua botol kaca bersamaan, menambah tumpukan pecahan kaca di tanah, sementara pemimpin Korea Utara (Korut) Kim Jong-Un menyaksikannya.
Seperti dilansir kantor berita AFP, Rabu (13/10/2021), tentara itu kemudian berbaring di atas pecahan kaca dan seorang rekannya meletakkan balok beton tebal di dadanya, sebelum menghancurkan balok itu dengan palu godam.
Adegan itu adalah bagian dari pertunjukan melawan rasa sakit yang dilakukan tentara Korea Utara untuk pembukaan pameran pertahanan minggu ini, yang memamerkan persenjataan milik negara bersenjata nuklir itu.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Para prajurit -- beberapa berseragam, yang lain bertelanjang dada -- meninju menembus lapisan bata beton, atau mematahkannya dengan kepala. Tentara lainnya berbaring di tempat tidur berisi paku, lalu sebuah balok dipatahkan di atas dadanya.
Kim Jong-Un terlihat bertepuk tangan dan tersenyum, dikelilingi oleh para petugas dan dengan saudara perempuannya sekaligus penasihat dekatnya, Kim Yo Jong di sisinya. Demikian diberitakan media KCTV, Selasa (13/10) waktu setempat.
Korea memiliki tradisi seni bela diri sejak lama, dan mematahkan adalah bagian dari olahraga asli taekwondo -- dikembangkan oleh seorang jenderal Korea Selatan yang kemudian berselisih dengan diktator dukungan militer Korea Selatan, Park Chung-hee dan menjadi sering berkunjung ke Pyongyang, di mana dia meninggal pada tahun 2002.
Sekarang sering digunakan oleh Korea Utara untuk melambangkan kekuatan militernya.
"Para prajurit ini, yang dirangkul dan dibesarkan oleh partai kita, telah menunjukkan kepada seluruh dunia kekuatan, keberanian, dan semangat Tentara Rakyat Korea," kata pembaca berita Ri Chun-hee -- pembawa acara paling terkenal di Korea Utara. Ri pun menyebutkan soal sumber kekuatan para peserta.
"Itu diberikan kepada mereka oleh pemimpin kita tercinta Kim Jong Un", katanya.
Pameran senjata ini adalah bagian dari peringatan ulang tahun berdirinya Partai Buruh yang berkuasa. Dalam pidatonya di pameran tersebut, Kim menyalahkan Amerika Serikat atas ketegangan di semenanjung Korea dan menuduh Korea Selatan munafik.
Kim telah menyaksikan kemajuan pesat dalam program senjata nuklir dan rudal balistik Korea Utara, yang telah membuatnya mendapatkan berbagai sanksi internasional.