Seorang mantan pilot Boeing telah didakwa atas perannya dalam skandal pesawat 737 MAX yang menewaskan ratusan orang. Eks pilot tersebut, Mark Forkner mengatakan bahwa dirinya seharusnya tidak dijadikan kambing hitam untuk dua kecelakaan pesawat yang mematikan, termasuk pesawat milik maskapai Lion Air.
"Tragedi-tragedi ini layak untuk adanya pencarian kebenaran - bukan mencari kambing hitam," demikian pernyataan yang dikeluarkan oleh pengacara Forkner, yang memimpin tim teknis penerbangan 737 MAX dan mewakili Boeing di hadapan regulator keselamatan udara Amerika Serikat.
Sebelumnya pada hari Kamis (14/10) waktu setempat, Departemen Kehakiman AS mendakwa Forkner dengan penipuan, menuduh dia menyesatkan regulator penerbangan selama proses sertifikasi untuk 737 MAX.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Seperti dilansir kantor berita AFP, Sabtu (16/10/2021), dakwaan Forkner (49) adalah yang pertama sejak dua pesawat Boeing 737 MAX jatuh pada 2018 dan 2019, menewaskan 346 orang.
"Jika pemerintah membawa kasus ini ke pengadilan, kebenaran akan menunjukkan bahwa Mark tidak menyebabkan tragedi ini, dia tidak berbohong, dan dia tidak seharusnya dituntut," kata pernyataan Forkner, yang dirilis oleh David Gerger, seorang pengacara.
Dakwaan berpusat pada representasi Forkner kepada Badan Penerbangan Federal atau Federal Aviation Administration (FAA) atas sistem penanganan penerbangan yang disebut Sistem Augmentasi Karakteristik Manuver (MCAS), yang telah dipandang sebagai akar penyebab dari dua kecelakaan pesawat itu.
Menurut dokumen pengadilan, Forkner telah menemukan informasi pada tahun 2016 tentang perubahan besar yang dilakukan pada MCAS, tetapi sengaja memilih untuk tidak membagikan detailnya kepada FAA.
Akibatnya, FAA tidak memasukkan referensi soal MCAS dalam manual pelatihan untuk pilot.
Simak juga 'Maskapai Dunia Ramai-ramai Kandangkan Boeing 737 MAX':
Dalam sebuah pesan kepada seorang rekan yang terungkap pada 2019, Forkner mengatakan bahwa MCAS membuat pesawat sulit terbang di simulator. Tapi dia sengaja memilih untuk tidak membagikan informasi itu kepada FAA.
Forkner membual kepada rekannya bahwa dia telah berbohong kepada regulator. Menurut dokumen yang diterbitkan pada awal 2020, dia juga membual bahwa dia dapat menipu kontak FAA-nya untuk mendapatkan sertifikasi MCAS.
Boeing telah setuju untuk membayar lebih dari US$ 2,5 miliar untuk menyelesaikan tuntutan pidana Departemen Kehakiman bahwa perusahaan tersebut menipu regulator yang mengawasi 737 MAX.
Anggota keluarga korban kecelakaan yang telah menggugat Boeing meminta Departemen Kehakiman untuk memperluas target mereka.
"Forkner hanyalah orang yang sial. Dia dan Boeing bertanggung jawab atas kematian semua orang yang tewas dalam kecelakaan MAX," kata Nadia Milleron, ibu dari Samya Rose Stumo, yang tewas dalam kecelakaan Ethiopian Airlines MAX pada Maret 2019.
"Jaksa dapat dan harus menemukan beberapa orang lain yang juga bertanggung jawab atas kecelakaan itu. Setiap keluarga yang kehilangan seseorang dalam kecelakaan MAX merasakan hal yang sama: para eksekutif dan dewan direksi Boeing harus masuk penjara," tegasnya.