Terancam Bui 100 Tahun, Eks Pilot Boeing Tutupi Info Soal MCAS 737 MAX

Terancam Bui 100 Tahun, Eks Pilot Boeing Tutupi Info Soal MCAS 737 MAX

Novi Christiastuti - detikNews
Jumat, 15 Okt 2021 11:21 WIB
FILE - In this April 10, 2019, file photo a Boeing 737 MAX 8 airplane being built for India-based Jet Airways lands following a test flight at Boeing Field in Seattle. Boeing is reassuring airline industry leaders about the safety of the grounded 737 Max as it continues working to get the plane back in service. The aircraft maker invited about 30 union officials, safety experts and others to the Seattle area for two days of meetings with Boeing executives and factory tours. (AP Photo/Ted S. Warren, File)
Ilustrasi -- Boeing 737 MAX (AP Photo/Ted S. Warren, File)
Washington DC -

Mantan pilot latih Boeing, Mark A Forkner, resmi didakwa menyesatkan Badan Penerbangan Federal Amerika Serikat (FAA) soal sistem kontrol penerbangan otomatis (MCAS) yang diyakini menyebabkan dua kecelakaan maut Boeing 737 MAX beberapa tahun lalu. Forkner dituduh menyembunyikan perubahan penting terhadap MCAS.

Seperti dilansir Associated Press, Jumat (15/10/2021), Forkner (49) resmi dijerat dua dakwaan penipuan terkait suku cadang pesawat dalam perdagangan antarnegara dan empat dakwaan penipuan telekomunikasi atau internet (wire fraud).

Jaksa federal AS menyatakan Forkner akan dihadirkan dalam sidang pada Jumat (15/10) waktu setempat di Fort Worth, Texas. Jika terbukti bersalah atas seluruh dakwaan itu, Forkner terancam hukuman maksimum 100 tahun penjara.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Dakwaan yang menjerat Forkner menuduhnya telah menyembunyikan informasi tentang sistem kontrol penerbangan yang diaktifkan secara keliru dan mendorong hidung pesawat Boeing 737 MAX ke bawah yang jatuh di Indonesia tahun 2018 dan di Ethiopia tahun 2019 lalu. Total 346 orang tewas dalam dua kecelakaan itu.

Pilot dua pesawat yang jatuh itu gagal mengambil alih kendali pesawat, dengan kedua pesawat jatuh menukik selang beberapa menit setelah lepas landas.

ADVERTISEMENT

Forkner sebelumnya menjabat kepala pilot teknis Boeing untuk program MAX. Jaksa federal AS menyebut Forkner mengetahui perubahan penting pada sistem kontrol penerbangan bernama Sistem Augmentasi Karakteristik Manuver (MCAS) pada Boeing 737 MAX tahun 2016, namun menyembunyikan informasi itu dari FAA.

Hal tersebut membuat FAA menghapus referensi soal MCAS pada laporan teknis, dan pada akhirnya, itu tidak muncul dalam panduan manual pilot. Kebanyakan pilot yang menerbangkan Boeing 737 MAX tidak mengetahui soal MCAS hingga kecelakaan pertama terjadi di Indonesia tahun 2018.

Simak video 'Maskapai Dunia Ramai-ramai Kandangkan Boeing 737 MAX':

[Gambas:Video 20detik]



Jaksa-jaksa federal AS menyebut Forkner meremehkan kekuatan sistem kontrol itu untuk menghindari persyaratan agar para pilot menjalani pelatihan ulang secara ekstensif dan memakan biaya mahal, yang akan menaikkan biaya pelatihan untuk maskapai-maskapai penerbangan. Para penyelidik Kongres AS menyebut pelatihan tambahan bisa menambahkan US$ 1 juta untuk harga setiap pesawat Boeing 737 MAX.

"Dalam upaya menghemat uang Boeing, Forkner diduga menyembunyikan informasi penting dari para regulator," sebut Pelaksana Tugas (Plt) jaksa federal AS untuk distrik Texas bagian utara, Chad Meacham.

"Pilihannya yang tidak berperasaan untuk menyesatkan FAA telah menghambat kemampuan agensi untuk melindungi penerbangan umum dan membuat para pilot kesulitan, kekurangan informasi soal kontrol penerbangan tertentu pada 737 MAX," imbuhnya.

Disebutkan juga bahwa Forkner pernah memberitahu seorang pegawai Boeing lainnya pada tahun 2016 bahwa MCAS 'mengerikan' dan 'susah dikendalikan' ketika dia melakukan uji coba dalam simulator penerbangan, namun lagi-lagi dia tidak memberitahukan hal ini kepada FAA.

"Jadi pada dasarnya saya telah berbohong kepada regulator (tanpa sadar)," tulis Forkner dalam pesannya yang mencuat ke publik tahun 2019.

Forkner yang tinggal di pinggiran Fort Worth, Texas, bergabung dengan maskapai Southwest Airlines setelah keluar dari Boeing, namun meninggalkan maskapai itu sekitar setahun lalu.

Boeing yang berkantor di Chicago menyepakati penyelesaian US$ 2,5 miliar untuk mengakhiri penyelidikan Departemen Kehakiman AS terhadap tindakan perusahaan tersebut. Pemerintah AS sepakat menggugurkan tuntutan pidana terkait konspirasi setelah tiga tahun jika Boeing menuntaskan ketentuan penyelesaian Januari 2020.

Penyelesaian itu mencakup denda US$ 243,6 juta, hampir US$ 1,8 miliar untuk maskapai yang membeli pesawat itu dan US$ 500 juta untuk dana kompensasi bagi keluarga penumpang yang menjadi korban kecelakaan maut Boeing 737 MAX. Puluhan keluarga korban menggugat Boeing di pengadilan federal di Chicago AS.

Penyelidikan terhadap kecelakaan maut itu menyoroti peran MCAS, namun juga menekankan adanya kesalahan oleh pihak maskapai dan para pilot.

Boeing 737 MAX yang disertifikasi secara resmi pada Maret 2017, sempat di-grounded secara global selama 20 bulan setelah terjadi dua kecelakaan fatal itu. Pesawat itu kembali diperbolehkan terbang mulai akhir tahun 2020, setelah software MCAS dimodifikasi.

Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.
Hide Ads