Kelompok Taliban dituduh telah membunuh 13 warga etnis Hazara - di antaranya sembilan mantan tentara pemerintah yang menyerah dan seorang gadis berumur 17 tahun - di provinsi Daykundi, Afghanistan pada 30 Agustus.
Demikian menurut penyelidikan baru oleh kelompok HAM, Amnesty Internasional seperti diberitakan CNN, Selasa (5/10/2021).
Sejak penarikan pasukan Amerika Serikat dari Afghanistan dan pengambilalihan kekuasaan oleh Taliban, terdapat kekhawatiran bahwa minoritas etnis dan agama yang telah lama tertindas, seperti kelompok etnis minoritas Syiah, Hazara, akan menjadi sasaran seperti yang mereka alami saat berada di bawah pemerintahan Taliban sebelumnya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Amnesty melaporkan bahwa sebelas orang dari 13 korban pembunuhan pada 30 Agustus tersebut adalah mantan anggota Pasukan Keamanan Pertahanan Nasional Afghanistan, dan dua lainnya adalah warga sipil.
Pembunuhan tersebut terjadi di desa Kahor, distrik Khidir di Provinsi Daykundi.
"Taliban mengeksekusi di luar hukum sembilan personel Pasukan Keamanan Pertahanan Nasional Afghanistan setelah mereka menyerah, pembunuhan yang tampaknya merupakan kejahatan perang. Dua warga sipil tewas ketika mereka berusaha melarikan diri dari wilayah tersebut, termasuk seorang gadis berusia 17 tahun yang tertembak ketika Taliban melepaskan tembakan ke arah kerumunan orang," kata Amnesty mengutip kesaksian para saksi mata dalam publikasinya pada Senin (4/10).
Amnesty menyatakan telah melakukan verifikasi bukti gambar dan video yang direkam setelah insiden tersebut. Tak hanya itu, Amnesty juga menyusun runtutan peristiwa yang dimulai dengan Taliban menduduki provinsi Daykundi pada 14 Agustus.
"Eksekusi berdarah dingin ini adalah bukti lanjut bahwa Taliban melakukan pelanggaran mengerikan yang sama, yang mereka lakukan selama pemerintahan mereka sebelumnya di Afghanistan. Mereka berulang kali melanggar hak-hak orang yang mereka anggap sebagai musuh, bahkan membunuh mereka yang telah menyerah," ucap Sekretaris Jenderal Amnesty Internasional, Agnes Callamard dalam rilis persnya.
Lebih lanjut dia menambahkan "Taliban mengatakan mereka tidak menargetkan mantan pegawai pemerintah sebelumnya, tetapi pembunuhan ini bertentangan dengan pernyataan tersebut".