Presiden Prancis Emmanuel Macron pada hari Rabu (22/9) waktu setempat memerintahkan Duta Besar (Dubes) Prancis untuk kembali ke Amerika Serikat minggu depan. Macron memerintahkan hal ini setelah panggilan telepon dengan Presiden Amerika Serikat Joe Biden, yang bertujuan untuk meredakan ketegangan dalam perselisihan mengenai kontrak kapal selam yang dibatalkan Australia.
Seperti diberitakan kantor berita AFP, Kamis (23/9/2021), pembicaraan itu adalah komunikasi pertama antara kedua pemimpin itu sejak pengumuman bahwa Australia membatalkan kontrak untuk membeli kapal selam Prancis sebagai bagian dari pakta keamanan dengan Inggris dan AS.
Macron kemudian memanggil pulang Dubesnya untuk Australia dan AS guna berkonsultasi sebagai tanda kemarahan Prancis atas pembatalan kontrak tersebut.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Selain berita tersebut, berikut ini berita-berita internasional yang menarik perhatian pembaca detikcom, hari ini, Kamis (23/9/2021):
- Ribuan Warga Mali Turun ke Jalan untuk Dukung Penguasa Militer
Ribuan orang turun ke jalan untuk berdemonstrasi di Bamako, ibu kota Mali untuk mendukung militer yang berkuasa di negara itu. Para demonstran juga memprotes campur tangan asing di negara tersebut.
Seperti diberitakan kantor berita AFP, Kamis (23/9/2021), aksi demo itu terjadi ketika orang kuat militer, Kolonel Assimi Goita menghadapi tekanan internasional yang meningkat untuk membatalkan kemungkinan kesepakatan dengan perusahaan keamanan swasta Rusia, Wagner.
Prancis yang memiliki ribuan tentara di Mali, mengingatkan soal kesepakatan itu setelah muncul laporan bulan ini bahwa Mali akan mempekerjakan 1.000 paramiliter Wagner.
Menteri Pertahanan Prancis Florence Parly mengatakan minggu ini bahwa pemerintahnya "tidak akan dapat hidup bersama dengan tentara bayaran".
- Filipina Dihajar Corona, Duterte Perintahkan Militer-Polisi Bantu RS
Presiden Filipina Rodrigo Duterte memerintahkan polisi dan militer untuk membantu rumah sakit di wilayah ibu kota Manila, yang kekurangan staf karena ratusan petugas kesehatan (nakes) telah tertular virus Corona.
Duterte mengatakan, setidaknya lima rumah sakit besar di Manila yang sudah beroperasi dengan kapasitas penuh, harus mengkarantina para nakes yang terinfeksi dan tidak dapat menerima lebih banyak pasien. Dikatakan pemimpin Filipina itu seperti diberitakan Bloomberg, Kamis (23/9/2021), sekitar 400 pekerja di rumah sakit-rumah sakit tersebut telah terinfeksi Corona.
Duterte mengatakan bahwa Filipina, pemasok perawat global, kini mengalami "kelangkaan" perawat. Bulan lalu, para staf medis di negara Asia Tenggara itu memprotes gaji rendah, tunjangan yang tertunda, dan pengabaian pemerintah seiring kasus-kasus harian COVID-19 yang mencapai rekor telah membuat rumah sakit kewalahan.
- Pertempuran Militer dan Anti-Junta Memanas, Ribuan Warga Tinggalkan Myanmar
Ribuan orang telah meninggalkan sebuah kota di Myanmar barat setelah berhari-hari pertempuran antara pembangkang anti-junta dan militer. Warga dan media melaporkan bahwa para tentara Myanmar telah mengebom rumah-rumah warga sipil.
Myanmar telah berada dalam kekacauan sejak pemerintah Aung San Suu Kyi digulingkan oleh militer pada Februari lalu, memicu pemberontakan nasional yang coba dihancurkan oleh junta militer.
Serangan terhadap pasukan junta meningkat setelah para anggota parlemen yang digulingkan oleh para jenderal menyerukan "perang defensif rakyat" awal bulan ini.
Lihat juga video 'WHO: Polusi Udara Meningkatkan Risiko Terpapar Covid-19':
Juru bicara junta Myanmar, Zaw Min Thun mengatakan, para tentara bertempur dengan sekitar 100 anggota kelompok pertahanan lokal setelah "disergap" di kota Thantlang di negara bagian Chin yang terpencil, dekat perbatasan India pada 18 September. Dia tidak memberikan angka korban dalam pertempuran itu.
Seperti diberitakan kantor berita AFP, Kamis (23/9/2021), penduduk mulai melarikan diri pada hari Senin (20/9) setelah tentara "mulai menembak secara acak jendela-jendela rumah di kota itu", menurut seorang warga setempat yang tidak mau disebutkan namanya.
- Jerman Komentari Permintaan Taliban Bicara di PBB: Tak Ada Gunanya!
Pemerintah Jerman menyuarakan penolakan terhadap permintaan Taliban untuk berbicara di Majelis Umum Umum PBB. Jerman menyebut "pertunjukan" oleh penguasa baru Afghanistan tersebut tidak akan ada gunanya.
Komite kredensial PBB saat ini sedang meninjau permintaan dari Taliban untuk berpidato di Majelis Umum PBB atas nama Afghanistan, yang masih diwakili di badan dunia tersebut oleh duta besar dari pemerintah Afghanistan yang digulingkan Taliban bulan lalu.
"Menjadwalkan pertunjukan di PBB tidak akan menghasilkan apa-apa," kata Menteri Luar Negeri Jerman Heiko Maas kepada wartawan seperti diberitakan kantor berita AFP, Kamis (23/9/2021).
"Yang penting adalah tindakan nyata dan bukan hanya kata-kata, termasuk hak asasi manusia dan khususnya hak-hak perempuan dan pemerintahan yang inklusif dan menjauhkan diri dari kelompok teroris," imbuh Menlu Jerman itu.
- Usai Teleponan dengan Biden, Macron Perintahkan Dubes Kembali ke AS
Presiden Prancis Emmanuel Macron pada hari Rabu (22/9) waktu setempat memerintahkan Duta Besar (Dubes) Prancis untuk kembali ke Amerika Serikat minggu depan. Macron memerintahkan hal ini setelah panggilan telepon dengan Presiden Amerika Serikat Joe Biden, yang bertujuan untuk meredakan ketegangan dalam perselisihan mengenai kontrak kapal selam yang dibatalkan Australia.
Seperti diberitakan kantor berita AFP, Kamis (23/9/2021), pembicaraan itu adalah komunikasi pertama antara kedua pemimpin itu sejak pengumuman bahwa Australia membatalkan kontrak untuk membeli kapal selam Prancis sebagai bagian dari pakta keamanan dengan Inggris dan AS.
Macron kemudian memanggil pulang Dubesnya untuk Australia dan AS guna berkonsultasi sebagai tanda kemarahan Prancis atas pembatalan kontrak tersebut.
"Macron telah memutuskan bahwa Duta Besar Prancis akan kembali ke Washington minggu depan. Dia kemudian akan memulai pekerjaan intensif dengan pejabat-pejabat senior AS," demikian pernyataan bersama Biden dan Macron.