Badan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) mengutuk eksekusi mati yang dilakukan Houthi terhadap sembilan orang atas dugaan keterlibatan mereka dalam pembunuhan seorang pemimpin penting kelompok pemberontak di Yaman itu.
Sebelumnya, Houthi menyatakan mereka mengeksekusi mati sembilan orang pada hari Sabtu (18/9) karena keterlibatan mereka dalam pembunuhan Saleh al-Sammad, yang merupakan kepala dewan politik tertinggi Houthi. Sammad tewas dalam serangan udara 2018 yang diklaim oleh Arab Saudi.
Kesembilan orang itu termasuk di antara 16 orang yang dinyatakan bersalah oleh pengadilan Houthi atas pembunuhan tersebut.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Seperti diberitakan kantor berita AFP, Senin (20/9/2021), Sekretaris Jenderal (Sekjen) PBB Antonio Guterres "sangat menyesalkan" eksekusi mati di Yaman tersebut. Demikian disampaikan juru bicaranya, Stephane Dujarric dalam sebuah pernyataan, seraya menambahkan bahwa salah satu orang dilaporkan masih di bawah umur pada saat penahanan.
"Sangat mengutuk tindakan ini yang merupakan hasil dari proses peradilan yang tampaknya tidak memenuhi persyaratan pengadilan yang adil dan proses hukum di bawah hukum internasional," demikian pernyataan tersebut.
Dujarric mengatakan Guterres juga prihatin dengan serangan udara koalisi Saudi yang dilaporkan minggu ini di provinsi Shabwa, Yaman selatan "yang diduga menewaskan sedikitnya enam warga sipil dari keluarga yang sama".
Seorang pejabat pro-pemerintah setempat yang berbicara dengan syarat anonim, mengatakan kepada AFP bahwa setidaknya lima warga sipil, termasuk tiga wanita, "secara tidak sengaja" tewas dalam serangan udara pada hari Sabtu (18/9) ketika mereka bepergian dengan mobil mereka.
AFP menyatakan bahwa koalisi militer yang dipimpin Saudi belum bisa dihubungi untuk dimintai komentar.
Konflik Yaman dimulai pada 2014 ketika Houthi merebut ibu kota Sanaa, mendorong koalisi pimpinan Arab Saudi untuk campur tangan pada tahun berikutnya.
Sejak itu, puluhan ribu orang terbunuh dan jutaan orang lainnya masuk ke ambang kelaparan, dalam apa yang disebut PBB sebagai krisis kemanusiaan terburuk di dunia.