Konvoi pasukan militer Myanmar di Khayan, pinggiran Yangon diserang bom. Serangan tersebut berujung pada baku tembak antar kelompok anti-junta dan militer hingga menyebabkan korban jiwa.
Seperti dilansir AFP, Minggu (19/9/2021) sejak Februari lalu, Myanmar berada dalam kekacauan politik pasca junta menggulingkan pemerintah terpilih Aung San Suu Kyi. Kudeta tersebut memicu protes dan tindakan kekerasan oleh militer.
Sejumlah kotapraja di seluruh Myanmar membentuk kelompok yang disebut "pasukan pertahanan rakyat" untuk melawan balik melawan junta. Bentrok pun juga tak terelakkan terjadi di sejumlah daerah pedesaan.
Insiden serangan bom terjadi pada Jumat (17/9) lalu saat pasukan keamanan sedang melakukan perjalanan melalui Khayan, pinggiran pusat komersial Yangon. Dalam pernyataannya Sabtu (18/9) lalu, junta menyebut mereka seketika diserang dengan bom rakitan.
"Kedua kelompok itu saling menembak -- seorang anggota pasukan keamanan terluka," demikian pernyataan junta, seraya menambahkan bahwa pasca bentrokan mereka menyita sejumlah senjata api dan amunisi.
"Beberapa teroris ... (terbunuh), salah satunya terluka." imbuhnya.
Media lokal melaporkan setidaknya dua pemberontak anti-junta tewas dan satu lainnya ditangkap.
Awal bulan ini "Pemerintah Persatuan Nasional" (NUG) yang sebagian besar terdiri dari anggota parlemen yang berafiliasi dengan partai Suu Kyi menyerukan "perang defensif rakyat" dan mendesak warga sipil untuk menargetkan aset-aset militer di daerah junta.
Menara komunikasi milik perusahaan militer, Mytel, juga telah menjadi target penyerangan di seluruh Myanmar. Kini sudah 12 menara yang dihancurkan.
Simak juga 'Oposisi Myanmar Deklarasikan Perang Lawan Junta Militer':