Saudi Sudah Tepis Terlibat Sebelum Dokumen Investigasi 9/11 Dirilis FBI

Saudi Sudah Tepis Terlibat Sebelum Dokumen Investigasi 9/11 Dirilis FBI

Tim detikcom - detikNews
Minggu, 12 Sep 2021 13:44 WIB
11 September 2001, tepat 20 tahun yang lalu, dua pesawat yang dibajak menabrak menara kembar World Trade Center (WTC).
Saudi Sudah Tepis Terlibat Sebelum Dokumen Investigasi 9/11 Dirilis FBI -- ilustrasi (Foto: AP Photo)
Washington DC -

Pemerintah Arab Saudi telah menepis tuduhan keterlibatannya dalam serangan 11 September 2001 atau 9/11 silam. Hal itu disampaikan beberapa hari sebelum Biro Investigasi Federal Amerika Serikat (FBI) merilis dokumen investigasi.

Sejak lama Arab Saudi mengatakan tak pernah memiliki peran dalam serangan tersebut. Pada Rabu (8/9) lalu, Kedutaan Saudi di Washington DC menyampaikan pihaknya selalu menganjurkan transparansi seputar peristiwa 11 September 2001, dan menyambut baik rilis dokumen rahasia yang berkaitan dengan perisitiwa 20 tahun silam.

"Seperti yang diungkapkan oleh investigasi-investigasi sebelumnya, termasuk dari Komisi 9/11 dan rilis '28 Halaman' , tidak ada bukti yang pernah muncul untuk menunjukkan bahwa pemerintah Saudi atau pejabatnya memiliki pengetahuan sebelumnya tentang serangan teroris atau terlibat dalam cara apa pun," demikian isi pernyataan Kedutaan Saudi seperti dilansir Reuters, Minggu (12/9/2021).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Diketahui 15 dari 19 pembajak pesawat dalam serangan tersebut memang berasal dari Arab Saudi. Meski begitu, sebuah komisi pemerintah AS tidak menemukan bukti bahwa Arab Saudi secara langsung mendanai al Qaeda, kelompok yang melakukan serangan. Meski begitu keterlibatan sejumlah pejabat Saudi secara individu masih menjadi tanda tanya.

Arab Saudi pun menerima gugatan miliaran dolar dari pihak Keluarga korban yang tewas dan menderita luka-luka dalam insiden tersebut.

ADVERTISEMENT

FBI merilis dokumen investigasi serangan 9/11 pada Sabtu (11/9) tepat pada saat peringatan 20 tahun peristiwa tersebut. Dalam dokumen terdapat rincian dugaan adanya dukungan logistik yang diberikan oleh seorang pejabat konsuler Saudi dan seorang tersangka agen intelijen Saudi di Los Angeles kepada setidaknya dua orang yang membajak pesawat pada 11 September 2001 lalu.

Saat dipublikasikan pertama kali, dokumen tersebut masih memuat banyak perubahan redaksi. Dokumen itu juga merinci beberapa jaringan dan kesaksian yang mendorong kecurigaan FBI terhadap Omar al-Bayoumi, yang konon adalah seorang mahasiswa Saudi di Los Angeles, sebagai agen intelijen Saudi. Omar al-Bayoumi digambarkan terlibat memberikan bantuan perjalanan, penginapan dan pembiayaan untuk membantu dua pembajak pesawat.

Dirilisnya dokumen berisi 16 halaman tersebut merupakan perintah eksekutif Presiden Joe Biden, yang sebelumnya menerima surat dari keluarga korban. Surat tersebut meminta Biden untuk tak berkunjung ke Ground Zero di New York City dalam acara peringatan 20 tahun serangan 9/11 terkecuali Biden merilis dokumen FBI tersebut. Surat tersebut juga mempertanyakan peran Arab Saudi dan menuduh pejabat pemerintah Arab Saudi telah terlibat dalam mendukung serangan.

Simak juga 'Kenang Tragedi 9/11, Biden: Berusaha Membahayakan AS, Kami Buru!':

[Gambas:Video 20detik]



Tak lama setelah diterima, Departemen Kehakiman AS (DOJ) mengumumkan akan meninjau informasi atau dokumen, yang sebelumnya dirahasiakan, terkait dengan serangan 11 September 2001 agar dapat diungkapkan ke publik.

Pada Agustus lalu, seorang juru bicara Departemen Kehakiman mengatakan bahwa pemerintah telah menginformasikan pengadilan federal Manhattan bahwa FBI baru-baru ini menutup penyelidikan terkait dengan pembajak 11 September tersebut.

"Meskipun perkembangan ini mengikuti putusan Pengadilan Distrik AS yang menegakkan pernyataan hak istimewa pemerintah, FBI telah memutuskan untuk meninjau pernyataan hak istimewa sebelumnya untuk mengidentifikasi informasi tambahan yang sesuai untuk pengungkapan. FBI akan mengungkapkan informasi tersebut secara bergulir secepat mungkin," kata juru bicara itu.

Kasus 5 Tersangka Serangan 9/11 Mandek

Kasus yang menjerat lima tersangka yang dituduh merencanakan serangan 9/11 masih mandek tanpa kejelasan. Sidang praperadilan untuk kelima tersangka yang mendekam di penjara Teluk Guantanamo, Kuba, kembali digelar mulai Selasa (7/9) lalu, pertama digelar secara langsung dalam 1,5 tahun terakhir karena pandemi virus Corona.

Dalam sidang terakhir minggu ini, yang digelar Jumat (10/9) waktu setempat, kuasa hukum memperdebatkan salah satu mosi soal bukti apa yang akan didapatkan kuasa hukum terdakwa dari pemerintah AS terkait masa-masa yang dihabiskan terdakwa dalam tahanan CIA di beberapa lokasi yang dirahasiakan, yang dikenal sebagai 'black sites', pada awal tahun 2000-an lalu.

Kelima tersangka, termasuk Khalid Sheikh Mohammed yang disebut sebagai dalang utama serangan 9/11, telah mendekam di penjara Guantanamo sejak tahun 2006 lalu.

Kelimanya resmi dijerat dakwaan tahun 2012 saat masa kepresidenan Barack Obama, namun kasusnya berlarut-larut selama bertahun-tahun. Mulai dari adanya pergantian tim kuasa hukum dan jaksa penuntut, juga hakim yang memimpin persidangan, hingga perdebatan soal bukti-bukti.

Halaman 2 dari 2
(izt/dhn)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.
Hide Ads