Penerjemah Biden Tertinggal di Afghanistan, Korut Tolak 3 Juta Dosis Sinovac

International Updates

Penerjemah Biden Tertinggal di Afghanistan, Korut Tolak 3 Juta Dosis Sinovac

Rita Uli Hutapea - detikNews
Kamis, 02 Sep 2021 17:58 WIB
President Joe Biden speaks about the end of the war in Afghanistan from the State Dining Room of the White House, Tuesday, Aug. 31, 2021, in Washington. (AP Photo/Evan Vucci)
Presiden AS Joe Biden (Foto: AP Photo/Evan Vucci)
Jakarta -

Seorang penerjemah yang pernah membantu menyelamatkan Presiden Amerika Serikat (AS), Joe Biden, saat badai salju di Afghanistan tahun 2008 lalu diketahui gagal naik penerbangan evakuasi dari bandara Kabul, ibu kota Afghanistan. Sang penerjemah dilaporkan tengah bersembunyi di Afghanistan yang kini dikuasai kelompok Taliban.

Seperti dilansir AFP, Kamis (2/9/2021), laporan media terkemuka AS, Wall Street Journal (WSJ), menyebutkan bahwa Biden saat masih menjadi Senator AS, bersama dua Senator AS lainnya, mengunjungi Afghanistan tahun 2008 lalu.

Saat itu, badai salju memaksa helikopter yang membawa mereka untuk mendarat di area terpencil.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Selain berita tersebut, berikut ini berita-berita internasional yang menarik perhatian pembaca detikcom, hari ini, Kamis (2/9/2021):

ADVERTISEMENT

- AS Buang 15 Juta Dosis Vaksin COVID-19 Sejak Maret!

Otoritas Amerika Serikat dilaporkan telah membuang setidaknya 15,1 juta dosis vaksin COVID-19 sejak 1 Maret lalu.

Menurut NBC News seperti diberitakan AFP, Kamis (2/9/2021), angka tersebut jauh lebih tinggi dari yang diperkirakan sebelumnya dan mungkin masih kurang, karena didasarkan pada data yang dilaporkan sendiri dari apotek, negara bagian dan penyedia lainnya.

Setidaknya tujuh negara bagian hilang dari angka-angka tersebut, serta badan-badan federal utama.

- Korea Utara Tolak Nyaris 3 Juta Dosis Vaksin Sinovac, Kenapa?

Korea Utara (Korut) dilaporkan menolak tawaran nyaris 3 juta dosis vaksin virus Corona (COVID-19) buatan Sinovac Biotech dari China. Korut menyatakan bahwa vaksin itu seharusnya dikirimkan ke negara-negara yang terdampak parah Corona.

Seperti dilansir Reuters, Kamis (2/9/2021), hal tersebut diungkapkan oleh badan anak Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB), UNICEF, yang mengatur pasokan vaksin Corona untuk program COVAX bagi negara-negara berpendapatan rendah.

Dalam penolakannya, menurut UNICEF, Kementerian Urusan Publik Korut merujuk pada pasokan vaksin global yang terbatas dan lonjakan Corona berkelanjutan di banyak negara.

Sejauh ini, Korut tidak melaporkan satupun kasus Corona. Negara yang terisolasi ini juga menerapkan langkah anti-Corona yang ketat di wilayahnya, termasuk menutup perbatasan dan membatasi perjalanan domestik.

- Israel Tolak Rencana AS Buka Kembali Misi Palestina di Yerusalem

Pemerintah Israel menolak rencana pemerintahan Presiden Amerika Serikat (AS), Joe Biden, untuk membuka kembali Konsulat AS untuk Palestina di Yerusalem. Israel menyebut rencana itu sebagai 'ide buruk' dan dinilai bisa mendestabilisasi pemerintahan baru Perdana Menteri (PM) Naftali Bennett.

Seperti dilansir Reuters, Kamis (2/9/2021), pemerintahan AS sebelumnya di bawah mantan Presiden Donald Trump mengisyaratkan dukungan untuk klaim Israel atas Yerusalem sebagai ibu kota, dengan memindahkan Kedutaan Besar AS dari Tel Aviv ke Yerusalem.

Pemerintahan Trump kemudian meleburkan Konsulatnya di Yerusalem Barat ke dalam misi diplomatik tersebut. Itu menjadi salah satu dari beberapa langkah AS yang memicu kemarahan Palestina, yang menginginkan Yerusalem Timur sebagai ibu kota bagi negaranya di masa depan.

- Taliban Parade Pamer Senjata Militer AS yang Dirampas

Para petempur Taliban menggelar parade di jalanan Kandahar untuk sekali lagi merayakan kepergian tentara asing, termasuk Amerika Serikat (AS), dari Afghanistan. Dalam parade itu, mereka memamerkan persenjataan dan perlengkapan militer yang dirampas dari militer AS.

Seperti dilansir AFP, Kamis (2/9/2021), sebuah helikopter Black Hawk terbang berputar-putar di langit kota Kandahar, Afghanistan bagian selatan, pada Rabu (1/9) waktu setempat. Para petempur Taliban di bawahnya duduk dan berdiri di atas kendaraan militer Humvee yang dijarah dari AS.

Konvoi panjang kendaraan lapis baja melaju di ruas jalanan menuju kota Kandahar, kota terbesar kedua di Afghanistan. Sebagian besar kendaraan militer rampasan itu dipasangi bendera Taliban.

Para petempur Taliban mengemudikan truk-truk multiguna -- yang sebelumnya digunakan pasukan AS, NATO dan Afghanistan saat masih bertugas di Afghanistan -- sedangkan yang lain memanjat ke atas kendaraan-kendaraan militer saat parade digelar di Ayno Maina, pinggiran Kandahar.

- Duh, Bekas Penerjemah Joe Biden Tertinggal di Afghanistan!

Seorang penerjemah yang pernah membantu menyelamatkan Presiden Amerika Serikat (AS), Joe Biden, saat badai salju di Afghanistan tahun 2008 lalu diketahui gagal naik penerbangan evakuasi dari bandara Kabul, ibu kota Afghanistan. Sang penerjemah dilaporkan tengah bersembunyi di Afghanistan yang kini dikuasai kelompok Taliban.

Seperti dilansir AFP, Kamis (2/9/2021), laporan media terkemuka AS, Wall Street Journal (WSJ), menyebutkan bahwa Biden saat masih menjadi Senator AS, bersama dua Senator AS lainnya, mengunjungi Afghanistan tahun 2008 lalu.

Saat itu, badai salju memaksa helikopter yang membawa mereka untuk mendarat di area terpencil.

Sang penerjemah, oleh WSJ disebut sebagai 'Mohammed' untuk melindungi identitasnya, bekerja secara rutin untuk militer AS pada saat itu dan terlibat dalam beberapa misi pertempuran.

Halaman 2 dari 2
(ita/ita)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.
Hide Ads