Perdana Menteri (PM) Inggris, Boris Johnson, memperingatkan kelompok Taliban untuk menepati janji-janji yang dilontarkannya setelah kembali menguasai Afghanistan. PM Johnson menegaskan bahwa Taliban haruslah dinilai dari 'tindakannya, bukan kata-katanya'.
Seperti dilansir AFP, Rabu (18/8/2021), PM Johnson menyatakan bahwa menyusul percakapan dengan pemimpin negara-negara Barat, termasuk Presiden Amerika Serikat (AS), Joe Biden, para sekutu 'menyepakati bahwa akan menjadi kesalahan bagi negara mana pun untuk mengakui rezim baru di Kabul secara prematur atau secara bilateral'.
Penegasan ini disampaikan PM Johnson di hadapan anggota parlemen Inggris yang menggelar sidang khusus untuk membahas situasi darurat di Afghanistan.
"Sebaliknya, negara-negara yang peduli dengan masa depan Afghanistan harus mengupayakan persyaratan bersama soal perilaku rezim baru sebelum memutuskan, bersama-sama, apakah akan mengakuinya dan dengan syarat apa," ucap PM Johnson.
"Kita akan menilai rezim ini berdasarkan pilihan yang diambilnya dan berdasarkan tindakannya daripada kata-katanya, sikapnya terorisme, terhadap tindak kriminal dan narkotika, juga akses kemanusiaan dan hak perempuan untuk menerima pendidikan," tegasnya.
Taliban pada Selasa (17/8) waktu setempat menjanjikan rekonsiliasi, bersumpah tidak akan membalas dendam terhadap musuh-musuhnya dan berjanji akan menghormati hak-hak wanita. Janji-janji Taliban itu menuai skeptisisme karena perilaku sarat kekerasan mereka sebelum lengser pada akhir tahun 2001 silam.
Dalam pernyataannya, PM Johnson juga membela cara pemerintahannya menangani situasi krisis di Afghanistan dengan bersikeras menyatakan Inggris telah mempersiapkan semua skenario.
Simak video 'Lima Janji Manis Taliban':
(nvc/tor)