Otoritas Bangladesh mulai memvaksinasi para pengungsi Rohingya yang hidup berdesakan di kamp-kamp pengungsian di wilayahnya. Vaksinasi virus Corona (COVID-19) tahap awal akan dilakukan terhadap puluhan pengungsi Rohingya yang berusia 55 tahun ke atas.
Seperti dilansir AFP, Selasa (10/8/2021), otoritas kesehatan Bangladesh menyatakan bahwa 2.600 kasus Corona dan 29 kematian tercatat di kamp-kamp pengungsian yang ditinggali sekitar 850 ribu pengungsi Rohingya.
Namun para pakar memperkirakan jumlah kasus dan kematian sebenarnya jauh lebih tinggi.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kepala otoritas kesehatan setempat, Mahbubur Rahman, menuturkan kepada AFP bahwa fase vaksinasi awal akan dilakukan terhadap sekitar 48 ribu pengungsi Rohingya yang berusia 55 tahun ke atas. Para pengungsi Rohingya itu akan mendapatkan suntikan vaksin Corona buatan China, Sinopharm.
Disebutkan oleh Rahmand bahwa vaksinasi massal terhadap pengungsi Corona akan digelar selama tiga hari berturut-turut.
Otoritas setempat menyatakan pihaknya telah melakukan 'kampanye kesadaran vaksinasi secara besar-besaran' di kamp-kamp pengungsian, dengan para relawan mendatangi setiap pondok di kamp tersebut untuk menginformasikan kepada para pengungsi soal pentingnya vaksinasi Corona.
Wakil komisioner pengungsi Bangladesh, Shams ud Douza, menuturkan kepada AFP bahwa vaksinasi juga dimulai pekan ini untuk 18 ribu pengungsi Rohingya yang secara kontroversial telah direlokasi ke sebuah pulau terpencil di Teluk Benggala.
Bangladesh mengalami lonjakan tajam kasus Corona dalam beberapa bulan terakhir dan sebagian besar wilayahnya berada di bawah lockdown, termasuk lokasi kamp pengungsian Rohingya.
Sejauh ini, total 1,4 juta kasus Corona tercatat di Bangladesh, dengan nyaris 23 ribu kematian. Dari jumlah tersebut, sekitar 98 persen kasus baru dipicu oleh varian Delta yang sangat mudah menular.
"Vaksinasi seluruh kelompok usia menjadi satu-satunya cara efektif untuk menghentikan virus semakin menyebar luas di kalangan populasi Rohingya di kamp-kamp," sebut kepala yayasan medis MSF di Bangladesh, Romain Briey.