Otoritas China mengecam pernyataan Wakil Perdana Menteri Jepang, Taro Aso, soal Jepang bersama dengan Amerika Serikat (AS) perlu membela Taiwan jika diserang.
Seperti dilansir Xinhua News Agency, Rabu (7/7/2021), juru bicara Kementerian Luar Negeri China, Zhao Lijian, menyebut pernyataan Taro itu berbahaya.
"Pernyataan itu sangat salah dan berbahaya, karena melanggar prinsip-prinsip yang ditetapkan dalam empat dokumen politik antara China dan Jepang, dan membahayakan fondasi politik hubungan China-Jepang," tegas Zhao dalam press briefing di Beijing pada Selasa (6/7) waktu setempat.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"China menyesalkan ini dan menolaknya dan telah mengirimkan perwakilan serius kepada Jepang," imbuhnya.
Pernyataan Aso yang dikecam oleh China itu disampaikan dalam acara penggalangan dana anggota parlemen dari Partai Liberal Demokratik Jepang. Dalam pernyataannya, Aso mencetuskan bahwa Jepang bersama AS perlu membela Taiwan jika diserang.
Aso menyebut serangan terhadap Taiwan bisa berkaitan dengan 'situasi yang mengancam kelangsungan hidup' Jepang. Hal itu merujuk pada situasi di mana terjadi serangan bersenjata terhadap negara lain yang menjalin hubungan dekat dengan Jepang, yang pada gilirannya memberikan risiko yang jelas mengancam kelangsungan hidup Jepang.
Situasi semacam itu menjadi salah satu syarat yang harus dipenuhi agar Jepang bisa mempraktikkan haknya mempertahankan diri secara kolektif, atau membantu sekutu yang diserang.
"Militerisme Jepang pernah melakukan banyak kejahatan dalam agresinya terhadap China. Namun, beberapa politikus masih menginginkan Taiwan hingga saat ini. Ini sepenuhnya menunjukkan bahwa mereka belum belajar dari sejarah," sebut Zhao dalam pernyataannya.
Ditambahkan Zhao bahwa China tidak akan membiarkan siapa pun untuk mencampuri urusan Taiwan.
"China saat ini tidak lagi seperti dulu. Kami tidak akan pernah membiarkan siapa pun untuk mencampuri masalah Taiwan dengan cara apapun. Tidak ada yang boleh meremehkan tekad, niat dan kemampuan rakyat China untuk mempertahankan kedaulatan nasional dan integritas wilayah mereka," tegasnya.
Diketahui bahwa China hingga kini masih menganggap Taiwan sebagai bagian dari wilayahnya yang memisahkan diri. Otoritas China tidak pernah mengesampingkan penggunaan kekuatan untuk menyatukan Taiwan dengan daratan utama.