Otoritas Myanmar menerapkan langkah tetap di rumah untuk seluruh penduduk Mandalay, kota terbesar kedua di negara ini. Langkah itu diambil saat kasus virus Corona (COVID-19) mengalami lonjakan dengan banyak tenaga medis berunjuk rasa memprotes junta militer Myanmar.
Seperti dilansir AFP, Jumat (2/7/2021), penduduk kota Mandalay dan dua kota lainnya di wilayah Bago menghadapi pembatasan baru yang melarang lebih dari satu orang keluar rumah untuk alasan non-medis.
Tidak ada batasan waktu untuk pemberlakuan aturan baru yang diumumkan oleh Kementerian Kesehatan dan Olahraga pada Dewan Administrasi Negara -- nama resmi pemerintah junta militer Myanmar.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Di bawah pembatasan terbaru ini, orang-orang yang bepergian karena pekerjaannya terkait pemerintahan mendapat pengecualian.
Area yang terdampak pembatasan ini ditinggali lebih dari 2 juta orang, menurut sensus penduduk tahun 2014. Sejumlah area di wilayah Chin, dekat perbatasan India, telah terlebih dulu di-lockdown sejak Mei.
Pada Kamis (1/7) waktu setempat, otoritas Myanmar melaporkan lebih dari 1.500 kasus Corona dalam sehari. Angka itu melonjak dari tambahan kasus harian yang mencapai 100 kasus per hari pada awal Juni.
Sistem layanan kesehatan Myanmar berjuang untuk menghadapi kasus Corona bahkan sebelum kudeta dilakukan pada awal Februari lalu yang melengserkan pemerintahan Aung San Suu Kyi.