Larangan Keras Keluar Rumah saat Bangladesh Lockdown Hadapi Wabah

Round-Up

Larangan Keras Keluar Rumah saat Bangladesh Lockdown Hadapi Wabah

Tim detikcom - detikNews
Kamis, 01 Jul 2021 22:31 WIB
Puluhan ribu pekerja migran meninggalkan Dhaka, ibu kota Bangladesh pada Minggu (27/6) waktu setempat.
Situasi saat pendemi di Bangladesh (Foto: Getty Images)
Jakarta -

Otoritas Bangladesh hari ini menerapkan lockdown ketat untuk mencegah penularan virus Corona. Warga setempat dilarang meninggalkan rumah mereka kecuali untuk membeli kebutuhan pokok.

Dilansir AFP, Kamis (1/7/2021) pemerintah Bangladesh memerintahkan tentara dan polisi untuk mencegah orang-orang meninggalkan rumah mereka, kecuali untuk keadaan darurat atau untuk membeli kebutuhan pokok.

Bangladesh yang berpenduduk 168 juta orang itu, mengalami peningkatan kasus infeksi virus Corona. Pemerintah menyebut terjadi peningkatan kasus "mengkhawatirkan dan berbahaya". Di mana sebagian besar kasus disebabkan oleh varian Delta yang lebih menular.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Banyak rumah sakit sedang berjuang di Bangladesh. Utamanya di daerah yang berbatasan dengan India, di mana varian Delta pertama kali terdeteksi. Beberapa kota pinggiran Bangladesh telah mencatat tingkat infeksi 70 persen.

Keluar Rumah Tanpa Alasan Akan Ditangkap

Kepala Kepolisian Dhaka, Shafiqul Islam mengatakan siapa pun yang meninggalkan rumah tanpa alasan yang baik, akan didenda dan mungkin ditangkap. Kebijakan itu mulai diberlakukan hari ini.

ADVERTISEMENT

"Jika kami perlu mengajukan 5.000 kasus dan penangkapan sehari, kami akan melakukannya," kata Shafiqul Islam dalam konferensi pers.

Otoritas Bangladesh telah memerintahkan tentara dan polisi perbatasan agar dikerahkan. Semua kantor dan toko akan ditutup, hanya pasar makanan lokal yang diizinkan buka selama beberapa jam sehari.

"Kami berharap langkah-langkah keras ini akan berhasil. Kita harus menahan virus dengan cara apa pun," kata juru bicara Departemen Kesehatan, Robed Amin kepada AFP.

Respons Warga

Seorang pedagang kaki lima di Dhaka, Tapi Sagar marah dengan keputusan lockdown ini. Dia mengatakan aturan itu akan 'membunuh' orang miskin.

"Pemerintah memberlakukan lockdown hanya untuk membunuh orang miskin. Tidak akan ada pekerjaan untuk kami, tidak ada bantuan dari siapa pun," katanya kepada AFP.

Ada pula warga yang mendukung kebijakan lockdown itu. Warga lainnya, Touhidul Islam Chowdhury, yang memiliki perusahaan pinjaman kecil, mengatakan lockdown itu harus "dijalankan dengan keras". Dia menilai harusnya tentara dikerahkan lebih awal.

"Banyak orang sekarat dan terinfeksi," katanya kepada AFP. "Tentara seharusnya dikerahkan jauh lebih awal," imbuhnya.

Bangladesh telah melaporkan hampir 900.000 kasus infeksi dan lebih dari 14.500 kematian akibat virus Corona. Akan tetapi para ahli mengatakan jumlah sebenarnya bisa jauh lebih tinggi karena tidak dilaporkan.

Menurut sebuah studi baru-baru ini oleh Pusat Penelitian Penyakit Diare Internasional yang berbasis di Dhaka, lebih dari dua pertiga kasus infeksi baru di Dhaka adalah varian Delta.


Puluhan Ribu Orang Tinggalkan Bangladesh Sebelum Lockdown

Pada saat rencana lockdown ini diumumkan pekan lalu, puluhan ribu pekerja migran meninggalkan Ibu Kota Bangladesh, Dhaka. Mereka berdesakan di kapal-kapal feri yang penuh sesak.

Puluhan ribu pekerja migran meninggalkan Dhaka, ibu kota Bangladesh pada Minggu (27/6) waktu setempat menjelang lockdown yang diperketat. Pengetatan lockdown ini dilakukan seiring meningkatnya kasus infeksi virus Corona.

Pembatasan aktivitas dan pergerakan sebenarnya telah diberlakukan sejak pertengahan April karena kasus dan kematian terkait COVID-19 melonjak.

Halaman 2 dari 2
(lir/lir)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.
Hide Ads