Otoritas China pada Selasa (1/6) membantah klaim seorang akademisi Australia bahwa dia telah disiksa selama ditahan dua tahun atas tuduhan spionase.
Persidangan terhadap Yang Jun, warga Australia kelahiran China dimulai secara tertutup pada pekan lalu, tetapi pengadilan memutuskan untuk menunda vonis dan hukuman.
Seperti dilansir kantor berita AFP, Selasa (1/6/2021), pria berusia 56 tahun, yang juga dikenal sebagai Yang Hengjun, mengatakan kepada pendukungnya, bahwa dia disiksa saat berada di tempat penahanan rahasia. Dia mengaku khawatir pengakuan paksa dapat digunakan untuk melawannya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Enam bulan pertama... adalah periode yang sangat buruk. Mereka menyiksa saya," kata Yang dalam pesan yang dilihat AFP.
Namun, otoritas China membantah klaim tersebut, dengan mengatakan persidangannya ditangani sesuai dengan hukum China dan bahwa hak hukum Yang telah dilindungi.
"Yang Jun tidak ditahan atau disiksa secara sewenang-wenang untuk mendapatkan pengakuan," kata juru bicara Kementerian Luar Negeri China Wang Wenbin pada briefing reguler hari ini.
"Praktik seperti itu secara tegas dilarang oleh hukum China," ujarnya.
Yang, yang telah ditahan sejak 2019, adalah salah satu dari dua warga Australia terkenal yang ditahan di China atas tuduhan mata-mata, ketika ketegangan meningkat antara Canberra dan Beijing.
Seorang warga Australia lainnya, penyiar TV Cheng Lei, telah ditahan sejak Agustus tahun lalu dengan tuduhan "memberikan rahasia negara ke luar negeri".
Hubungan antara Canberra dan Beijing telah memburuk tajam dalam beberapa tahun terakhir, dengan perselisihan tentang segala hal mulai dari raksasa telekomunikasi Huawei hingga asal-usul virus Corona.
China juga telah memberlakukan tarif atas ekspor Australia senilai miliaran dolar dan memutus saluran diplomatik antara kedua negara.