Akademisi Australia yang Didakwa Spionase Akui Disiksa di Penjara China

Akademisi Australia yang Didakwa Spionase Akui Disiksa di Penjara China

Novi Christiastuti - detikNews
Senin, 31 Mei 2021 19:07 WIB
Gambar ilustrasi penjara (Reuters / Dario Pignatelli)
Ilustrasi (dok. REUTERS/Dario Pignatelli)
Beijing -

Seorang akademisi Australia yang disidang atas tuduhan spionase di China mengakui dirinya disiksa di dalam penjara. Akademisi keturunan China ini telah ditahan selama dua tahun oleh otoritas China, namun dia menyatakan tak tahu dirinya dituduh menjadi mata-mata untuk negara mana.

Seperti dilansir AFP, Senin (31/5/2021), Yang Jun yang kelahiran China namun berkewarganegaraan Australia ini menuturkan dirinya diperlakukan tidak layak saat ditahan di tempat penahanan rahasia setelah ditangkap lebih dari dua tahun lalu.

"Enam bulan pertama adalah periode yang sangat buruk. Mereka menyiksa saya," tutur Yang dalam sebuah pesan yang dilihat AFP.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Saya telah ditahan di tempat yang lebih buruk dari penjara selama lebih dari dua tahun sekarang," imbuhnya.

Akademisi dan penulis berusia 56 tahun ini mulai diadili dalam sidang tertutup pada Kamis (27/5) lalu, dengan Duta Besar Australia di Beijing dilarang masuk ke ruang sidang tersebut.

ADVERTISEMENT

Yang menuturkan dirinya hanya bisa makan dengan dua gigi karena mengalami masalah gigi dan merasa 'lelah dan bingung' selama persidangan berlangsung. Dia juga menyebut dirinya 'tidak bersemangat untuk bicara cukup'.

Namun Yang bersikeras dirinya '100 persen tidak bersalah' dan menyatakan telah berupaya dan gagal untuk mendapatkan rekaman interogasinya yang dicabut.

"Itu ilegal. Penyiksaan," ucapnya, menuduh otoritas China menggunakan 'kamera tersembunyi' untuk mendapat keterangannya. "Interogasi yang saya jalani, di mana saya diberitahu untuk mengaku... Mungkin seseorang membalas dendam terhadap saya," ujar Yang.

Yang juga menuturkan dirinya berupaya menghadirkan bukti dan memanggil saksi untuk meringankan dirinya, namun gagal.

Dalam penjelasannya, otoritas China menyatakan sidang dapat secara sah digelar secara rahasia atau tertutup karena melibatkan 'rahasia negara'. China malah mengkritik Australia yang disebut melakukan 'campur tangan' saat hubungan kedua negara memburuk.

Yang, yang biasa dipanggil dengan nama pena Yang Hengjun, juga menyatakan tidak mengetahui secara jelas untuk negara mana dia dituduh menjadi mata-mata.

"Ini bukan kejahatan ideologi. Dakwaannya soal spionase. Tapi untuk siapa saya bekerja? Jika ini tindak kriminal dan jika saya pelaku kriminal, maka untuk siapa saya bekerja? Saya tidak bekerja untuk Australia atau Amerika Serikat," sebutnya.

"Saya hanya menulis untuk orang-orang. Menulis untuk penegakan hukum, demokrasi dan kebebasan," imbuh Yang.

Diketahui bahwa Yang meninggalkan China dan pergi ke Hong Kong tahun 1992. Dia kemudian pergi ke Amerika Serikat (AS) lima tahun kemudian, di mana dia bekerja untuk forum diskusi think tank Atlantic Council.

Dia kemudian mengambil kewarganegaraan -- meskipun China tidak mengakui kewarganegaraan ganda -- dan menulis serangkaian novel mata-mata juga blog populer berbahasa China.

Otoritas China tidak pernah mengungkapkan informasi detail soal tuduhan yang dijeratkan terhadap Yang. Diketahui bahwa sistem peradilan China menjatuhkan hukuman untuk sebagian besar orang yang diadili, dan dakwaan spionase memiliki ancaman hukuman maksimum penjara seumur hidup.

Halaman 2 dari 2
(nvc/idh)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.
Hide Ads