Pemimpin Hamas di Jalur Gaza mengakui ada 80 petempurnya yang tewas dalam pertempuran selama 11 hari dengan Israel, yang diakhiri dengan gencatan senjata pekan lalu.
Seperti dilansir Associated Press, Kamis (27/5/2021), ini menjadi momen pertama saat Hamas secara resmi mengungkapkan dampak dan korban jiwa dari gempuran Israel di wilayah Gaza yang dikuasainya.
Kementerian Kesehatan Gaza, yang dikelola Hamas, melaporkan 254 warga Palestina tewas, yang termasuk 66 anak, 39 wanita dan 17 orang berusia 60 tahun ke atas. Namun tidak disebutkan secara detail jumlah warga sipil dan petempur yang tewas.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Berbicara kepada Associated Press, pemimpin Hamas, Yehiyeh Sinwar, menyatakan para petempur yang tewas mencakup 57 anggota sayap bersenjata Hamas, 22 anggota kelompok militan Jihad Islam -- militan terbesar kedua di Gaza, dan satu anggota kelompok militan lebih kecil bernama Komisi Perlawanan Populer.
Hamas juga menunjukkan daftar dari Kementerian Kesehatan Gaza yang mengidentifikasi wanita dan anak-anak yang tewas. Korban tewas paling tua merupakan seorang pria berusia 90 tahun, sedangkan delapan anak-anak yang tewas di antaranya berusia di bawah dua tahun. Daftar itu belum diverifikasi secara independen.
Sedikitnya 12 orang tewas di Israel, yang kebanyakan terkena serangan roket dari Hamas dan militan lainnya di Gaza. Semua korban tewas, kecuali satu orang, merupakan warga sipil. Seperti pertempuran yang terjadi sebelumnya, jumlah warga sipil yang tewas memicu perselisihan antara Israel dan Palestina.
Perdana Menteri (PM) Israel, Benjamin Netanyahu, mengklaim sekitar 200 militan tewas akibat gempurannya di Gaza, namun tidak menunjukkan bukti untuk memperkuat klaimnya.
Simak Video: Gaza Mulai Rekonstruksi Usai Gencatan Senjata
Mahkamah Pidana Internasional (ICC) telah meluncurkan penyelidikan terhadap dugaan kejahatan perang baik oleh Hamas maupun Israel, termasuk dugaan penggunaan kekuatan tidak proporsional oleh Israel dan serangan roket tanpa pandang bulu oleh Hamas.
Otoritas Israel menegaskan setiap korban sipil tidak disengaja dan bahwa tentaranya melakukan upaya sebaik mungkin untuk menghindari korban sipil. Israel menuduh Hamas menempatkan warga sipil dalam bahaya dengan menembakkan roket dari area permukiman dan mengundang balasan Israel.
Israel juga menekankan bahwa roket-roket Hamas ditembakkan tanpa pandang bulu ke pusat populasi Israel.
Selama pertempuran selama 11 hari mulai 10 Mei lalu, Israel menyatakan militernya hanya menargetkan infrastruktur militer Hamas dan menuduh Hamas berlindung di daerah permukiman dan menggali terowongan di bawah rumah-rumah warga.
Menurut penghitungan Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB), sekitar 1.000 bangunan, termasuk empat gedung bertingkat, hancur akibat gempuran Israel. Dalam pembelaannya, Israel menyebut bangunan itu digunakan sebagai pusat komando militan atau terowongan persembunyian.
Sinwar membantah klaim Israel itu. "Bohong kalau dikatakan ada target militer di area-area ini atau di bawah tanah," tegasnya.
Hamas diketahui telah terlibat empat perang dan sejumlah bentrokan dengan Israel, sejak mengambil alih Gaza dari Otoritas Palestina yang diakui secara internasional tahun 2007 lalu.
Dalam pertempuran terbaru, Hamas memulai serangan roket ke wilayah Israel yang menuai serangan udara balasan ke Gaza. Meskipun terjadi kerusakan parah di Gaza, Sinwar menegaskan kelompoknya tidak akan pernah mengakui Israel dan siap bertempur kembali atas Yerusalem.
"Jika seluruh dunia tidak bertindak untuk menghentikan dan membatasi aksi pendudukan di Masjid Al-Aqsa, Sheikh Jarrah dan kota suci secara umum, maka itu akan menjadi alasan untuk memicu perang agama besar di kawasan," cetusnya.