Otoritas Belarusia menuai kecaman karena dianggap sengaja mengalihkan penerbangan sipil demi menangkap seorang buronan aktivis di dalam pesawat. Pesawat maskapai Ryanair yang sudah mendekati tujuannya di Vilnius, Lithuania, tiba-tiba mengalihkan rute karena 'peringatan keamanan' dan mendarat di Minsk, Belarus.
Seperti dilansir CNN, Senin (24/5/2021), pesawat maskapai Ryanair dengan nomor penerbangan 4978 itu sudah hendak mendarat di Lithuania pada Minggu (23/5) waktu setempat, saat menerima 'peringatan keamanan' kemudian berbelok tajam ke arah timur menuju Belarus.
Apakah peringatan keamanan itu direkayasa oleh otoritas Belarusia? Pertanyaan itu yang sekarang menjadi fokus dari insiden yang memicu kecaman internasional secara luas dan pertanyaan serius soal keamanan di udara ini.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pemerintahan sejumlah negara bahkan menyebut insiden itu sebagai 'pembajakan yang disetujui negara'.
Salah satu penumpang di dalam pesawat dengan rute Athena-Vilnius itu merupakan aktivis oposisi Belarus, Raman Pratasevich, yang diburu atas sejumlah dakwaan pidana oleh otoritas Belarusia. Begitu pesawat mendarat di Minsk, menurut Kementerian Dalam Negeri Belarus, Pratasevich langsung ditangkap.
Presiden Belarus, Alexander Lukashenko, menghadapi protes keras dari oposisi sejak dia mengklaim menang dalam pemilu penuh sengketa tahun lalu. Komunitas internasional mengecam pemilu Belarus yang menjadi sengketa sengit itu.
Pratasevich merupakan salah satu dari belasan jurnalis dan aktivis yang melawan kepemimpinan Lukashenko selama 26 tahun dari pengasingan. Dia merupakan pendiri saluran Telegram bernama Nexta, yang membantu penyelenggaraan unjuk rasa anti-Lukashenko.
Tahun lalu, Pratasevich didakwa 'mengatur kerusuhan massa dan aksi kelompok yang sangat melanggar ketertiban umum'. Nama Pratasevich masuk dalam daftar buronan pemerintah untuk terorisme.
Penyebab pesawat sipil itu tiba-tiba berubah arah ada banyak versi, tergantung mana yang ingin dipercaya. Pihak maskapai Ryanair menyebut awaknya 'diberitahu oleh ATC (kontrol lalu lintas udara) Belarus soal potensi ancaman keamanan di pesawat dan diinstruksikan untuk mengalihkan penerbangan ke bandara terdekat, Minsk'.
Namun Belarus memberikan keterangan yang berbeda. Wakil Komandan Pasukan Pertahanan Udara, Mayor Jenderal Andrey Gurtsevich, mengklaim bahwa setelah awak Ryanair diberitahu soal 'dugaan bom di pesawat', sang kapten pilot-lah yang 'mengambil keputusan untuk mendarat di lapangan udara cadangan (Minsk-2)'.
Gurtsevich menyatakan bahwa sebuah jet tempur MiG29 dari Angkatan Udara Belarus dikerahkan untuk memantau penerbangan itu dan 'membantu' jika dibutuhkan. Klaim otoritas Belarus soal penyebab insiden itu banyak diragukan dan disambut kecaman oleh komunitas internasional.
Truk pemadam dikerahkan di sekitar pesawat dan pemeriksaan bagasi dilakukan secara besar-besaran usai pesawat Ryanair itu mendarat di Minsk, namun menurut maskapai Ryanair, tidak ada hal yang diinginkan yang ditemukan.
Satu alasan untuk meragukan klaim otoritas Belarus adalah, ketika mengubah arah, pesawat jenis Boeing 737 yang membawa 171 orang itu berada dalam posisi lebih dekat dengan tujuannya daripada dengan Minsk. Jika memang ada ancaman bom, memperpanjang penerbangan tentu menjadi keputusan salah.
Dalam tanggapannya, Menteri Transportasi Prancis, Jean-Baptiste Djebbari, terang-terangan menyatakan bahwa 'membajak pesawat tidak bisa diterima'.
Menteri Luar Negeri Inggris, Dominic Raab, menyebutnya sebagai 'aksi aneh oleh Lukashenko akan memiliki dampak serius'. Sedangkan Duta Besar Amerika Serikat (AS) untuk Belarus, Julie Fisher, menyatakan bahwa 'Lukashenko dan rezimnya kembali menunjukkan penghinaan untuk komunitas internasional dan warganya'.
"Memalsukan ancaman bom dan mengirimkan MiG-29s untuk memaksa @RyanAir ke Minsk demi menangkap jurnalis @Nexta atas tuduhan bermotif politik sungguh berbahaya dan menjijikkan," tegasnya.