Banyak pihak mengkhawatirkan kondisi kritikus Kremlin, Alexei Navalny yang mogok makan di penjara. Namun, Duta Besar (Dubes) Rusia untuk Inggris, Andrei Kelin menegaskan bahwa Navalny "tidak akan dibiarkan mati di penjara".
Seperti dilansir kantor berita BBC, Senin (19/4/2021), Navalny, pengkritik paling vokal Presiden Rusia Vladimir Putin, memulai aksi mogok makan sejak 31 Maret lalu. Aksi itu dilakukan pria berumur 44 tahun tersebut untuk menuntut perawatan medis yang tepat untuk sakit punggung dan mati rasa di kaki dan tangannya.
"Tentu saja, dia tidak akan dibiarkan mati di penjara, tetapi saya dapat mengatakan bahwa Tuan Navalny berperilaku seperti penjahat," kata Dubes Andrei Kelin kepada BBC, Minggu (18/4) waktu setempat.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Tujuan publiknya, dari semua itu, untuk menarik perhatian ke dirinya juga - dengan mengatakan bahwa hari ini tangan kirinya sakit. Besok kakinya sakit," imbuh Kelin.
"Jika dia bersikap normal, dia akan memiliki kesempatan untuk dibebaskan lebih awal," kata Kelin kepada BBC.
Navalny ditangkap pada Januari lalu setelah kembali ke Rusia dari Jerman usai menjalani perawatan dari serangan keracunan yang hampir merenggut nyawanya, yang menurutnya didalangi oleh Moskow.
Pada hari Sabtu (17/4), dokter-dokter Navalny mengatakan kesehatannya memburuk dengan cepat dan meminta petugas penjara segera memberi mereka akses untuk merawat Navalny.
Simak juga 'Saat Tuntut Pembebasan Navalny, 5.100 Demonstran di Rusia Ditahan':