Otoritas Rusia mengomentari langkah terbaru Amerika Serikat (AS) dalam menjatuhkan sanksi-sanksi ekonomi dan mengusir 10 diplomatnya. Rusia menegaskan bahwa AS akan menerima konsekuensi dari langkahnya yang disebut langkah 'permusuhan' itu.
Seperti dilansir AFP, Jumat (16/4/2021), otoritas AS mengumumkan penjatuhan sanksi-sanksi ekonomi terbaru untuk Rusia dan pengusiran 10 diplomat Rusia di wilayahnya pada Kamis (15/4) waktu setempat.
Langkah itu dinyatakan sebagai balasan atas campur tangan Rusia dalam pemilu AS, serangan siber besar-besaran yang didalangi peretas AS dan berbagai aktivitas jahat Rusia lainnya terhadap AS.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Baca juga: Panas! AS Jatuhkan Sanksi ke Rusia |
Juru bicara Kementerian Luar Negeri Rusia, Maria Zakharova, dalam pernyataannya menegaskan bahwa tanggapan dari Rusia untuk sanksi baru AS 'tak terelakkan'. Dia juga mengungkapkan bahwa Rusia memanggil Duta Besar AS di Moskow, John Sullivan, untuk meminta penjelasan soal langkah AS tersebut.
"Amerika Serikat belum siap menerima kenyataan objektif bahwa ada dunia multipolar yang mengabaikan hegemoni Amerika," ucap Zakharova dalam pernyataan yang disiarkan televisi setempat.
"Kami telah berulang kali memperingatkan Amerika Serikat soal konsekuensi dari langkah-langkah permusuhannya, yang secara berbahaya meningkatkan derajat konfrontasi antara kedua negara," tegasnya.
"Tanggapan terhadap sanksi-sanksi tak terelakkan," cetus Zakharova memperingatkan AS.
Simak Video: Panas! AS Jatuhkan Sanksi ke Rusia
Lebih lanjut, Zakharova menyatakan bahwa Kementerian Luar Negeri Rusia memanggil Dubes Sullivan untuk melakukan pembicaraan, yang disebutnya 'akan sulit bagi pihak Amerika'.
Sanksi-sanksi baru AS ini dijatuhkan setelah ketegangan memuncak dalam beberapa pekan terakhir, terutama setelah Rusia menambah pengerahan tentaranya di perbatasan Ukraina dan sekutu-sekutu Ukraina, termasuk AS, menyerukan Rusia untuk menarik mundur tentaranya itu.
Hubungan AS dan Rusia sudah semakin memburuk sejak bulan lalu, saat Presiden AS Joe Biden menyatakan dirinya setuju dengan penggambaran Presiden Rusia Vladimir Putin sebagai 'pembunuh'.
"Washington harus menyadari bahwa negara itu akan membayar kemunduran hubungan bilateral," ucap Zakharova.
"Tanggung jawab atas apa yang terjadi sepenuhnya ada pada Amerika Serikat," tegasnya lagi.
Diketahui bahwa hubungan kedua negara terjun bebas sejak tahun 2014, saat Rusia mencaplok Crimea dari Ukraina dan pecahnya pertempuran antara pasukan militer Ukraina dengan separatis pro-Rusia di Ukraina bagian timur.
Selama bertahun-tahun, AS telah menjatuhkan serangkaian sanksi terhadap Rusia terkait berbagai isu, mulai dari dugaan intervensi pilpres 2016 hingga dijebloskannya tokoh oposisi Rusia, Alexei Navalny, yang dikenal sebagai pengkritik Putin.