Presiden Filipina, Rodrigo Duterte, menyatakan akan memberikan jatah vaksin virus Corona (COVID-19) miliknya untuk orang-orang yang lebih membutuhkan. Duterte juga menyebut orang-orang lanjut usia (lansia) seperti dirinya tidak harus diprioritaskan dalam vaksinasi.
Seperti dilansir AFP, Selasa (13/4/2021), lebih dari satu juta warga Filipina telah menerima suntikan dosis pertama sejak awal Maret -- masih sebagian kecil dari jumlah yang dibutuhkan untuk mencapai herd immunity di negara berpenduduk 110 juta orang itu.
Peluncuran vaksin yang lambat dan pasokan yang terbatas telah memicu kritikan terkait penanganan pemerintahan Duterte terhadap pandemi. Terlebih lonjakan kasus mengancam banyak rumah sakit di berbagai wilayah.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pada awalnya, kampanye vaksinasi Filipina menargetkan para tenaga kesehatan dan tentara, namun kemudian juga diberikan kepada orang-orang berusia lanjut dan mereka yang memiliki penyakit bawaan.
Ketika banyak pemimpin dunia menerima vaksinasi di depan umum untuk mendorong warganya agar mau disuntik, Duterte menyatakan dirinya akan melepaskan kesempatan itu.
"Saya akan melepaskannya (kesempatan vaksin). Siapa pun yang ingin mendapatkan slot saya, saya akan memberikannya (kepada mereka)," katanya dalam pidato perdana pada Senin (13/4) setelah dua pekan tak muncul ke depan publik.
Absennya Duterte dari publik selama dua pekan sempat memicu spekulasi dia mengidap COVID-19, bahkan meninggal dunia di Singapura.
"Mari kita prioritaskan mereka, yang setelah mendapat vaksin, ada kemungkinan dia akan hidup secara produktif," kata presiden berusia 76 tahun ini.
Vaksinasi kerap menjadi topik yang terus disampaikan Duterte dalam pidato-pidatonya di hadapan publik.
Simak juga 'Lockdown Diberlakukan, Antrean Panjang di Pos Pemeriksaan':
Sebelumnya, Duterte sempat mengungkapkan kesediaannya untuk disuntik di depan umum - setelah mengatakan dia akan menerima suntikan secara pribadi tanpa sorotan kamera.
Menanggapi tanggapan Duterte pada pidatonya Senin lalu, juru bicaranya, Harry Roque berharap presiden akan berubah pikiran terkait vaksin.
"Pasokan terbatas. Begitu pasokan masuk, mungkin saat itulah dia akan divaksinasi," kata Roque kepada wartawan.
Pada bulan Agustus, Duterte juga menawarkan dirinya sebagai kelinci percobaan untuk suntikan pertama dari vaksin buatan Rusia setelah Filipina muncul sebagai pelopor untuk uji klinis di luar negeri. Kemudian, Roque mengatakan Duterte tidak akan menerima inokulasi sampai regulator menjamin keamanannya.
Keraguan terhadap vaksinasi adalah masalah yang signifikan di Filipina, dengan survei baru-baru ini menunjukkan sekitar 60 persen orang tidak bersedia divaksinasi COVID-19.