Junta Myanmar Makin Menjadi-jadi Gandeng Kelompok Etnis Bersenjata

Round Up

Junta Myanmar Makin Menjadi-jadi Gandeng Kelompok Etnis Bersenjata

Tim Detikcom - detikNews
Minggu, 11 Apr 2021 21:01 WIB
Sabtu (27/3) lalu, merupakan Hari Angkatan Bersenjata Myanmar. Parade besar-besaran digelar. Namun, dibalik itu semua 114 nyawa melayang di hari yang sama.
Jenderal Militer Myanmar, Min Aung Hlaing (Foto: AP Photo/Associated Press)
Jakarta -

Junta militer Myanmar kian mempererat aliansi untuk mencari dukungan. Baru-baru ini, sejumlah pejabat senior militer Myanmar baru-baru ini melakukan pertemuan dengan dua kelompok etnis bersenjata, yakni Wa dan Shan, yang dianggap terkuat di Myanmar.

Seperti dilansir media lokal Myanmar, The Irrawady, Minggu (11/4/2021) sejumlah anggota Komite Perdamaian Militer pergi ke daerah Matmanseng dan Wan Hai, di Negara Bagian Shan utara pada 7 dan 8 April lalu. Kunjungan itu dipimpin oleh Letnan Jenderal Yar Pyae dan Letnan Jenderal Aung Zaw Aye, komandan Biro Operasi Khusus.

Mereka bertemu para pejabat dari United Wa State Army (UWSA) dan Shan State Progressive Party (SSPP).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Selain bertujuan untuk mengadakan diskusi perdamaian, disebutkan kunjungan juga untuk mendorong para pejabat dari kelompok bersenjata untuk menjaga hubungan dengan militer dan menjelaskan kepada mereka alasan di balik kudeta 1 Februari tersebut.

Dari 18 kelompok etnis bersenjata di Myanmar, UWSA adalah kelompok yang paling kuat. Mereka menandatangani gencatan senjata dengan pemerintah Myanmar pada tahun 1989. UWSA menjadi salah satu kelompok etnis bersenjata yang tidak bereaksi terkait kudeta 1 Februari lalu.

ADVERTISEMENT

Sebelumnya, 10 dari 18 etnis bersenjata menandatangani Perjanjian Gencatan Senjata Nasional dengan pemerintah dan telah mengecam kudeta militer dan pembunuhan pengunjuk rasa sipil.

Kunjungan junta Myanmar dilakukan usai kelompok etnis bersenjata kuat lainnya seperti Tentara Kemerdekaan Kachin dan Persatuan Nasional Karen baru-baru ini melancarkan serangan terhadap pasukan militer untuk menunjukkan penentangan mereka terhadap pembunuhan para pengunjuk rasa.

Kunjungan ke UWSA dan SSPP

Dalam pertemuan tersebut, seorang juru bicara UWSA, U Nyi Rang, menyebut tidak tidak dapat memberikan rincian detil pertemuan dengan pihak junta karena tak hadir.

"Setahu saya, mereka menjelaskan mengapa kudeta terjadi," katanya.

Saat ditanya apakah UWSA mengakui rezim tersebut sebagai pemerintah Myanmar, U Nyi Rang mengaku pihaknya memiliki hubungan baik yang telah lama ada dengan militer.

Meski begitu, saat kemenangan partai Liga Demokrasi Nasional (NLD) Suu Kyi akhir tahun lalu, pemimpin Wa, Bao Yu Xiang mengirim pesan ucapan selamat.

Sementara itu, kunjungan ke markas SSPP di Wan Hai sempat terjadi huru-hara. Kunjungan yang dilakukan pada 8 Maret lalu itu diwarnai serangan oleh anggota kelompok bersenjata Shan, yang menyebabkan seorang pejabat di dalam helikopter terluka.

Juru bicara kelompok bersenjata tersebut mengkonfirmasi serangan yang terjadi.

Pada Jumat (9/4), dalam konferensi pers disebutkan bahwa militer dan SSPP tetap melangsungkan diskusi damai meski sempat terjadi serangan.

"Mereka mengakui penembakan itu. Tapi kami bisa mengadakan diskusi damai. Saya harus mengatakan itu berhasil, "kata juru bicara militer, Zaw Min Tun.

Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.
Hide Ads