Militer Myanmar disebut menggunakan pesawat tanpa awak atau drone untuk memantau para demonstran antikudeta di jalan-jalan Myanmar. Menurut keterangan yang dimuat Jane's International Defense Review, drone tersebut disebut-sebut adalah buatan China.
Seperti dilansir kantor berita lokal, The Irrawady, Minggu (11/4/2021), laporan tersebut mengutip gambar di media sosial yang diambil pada bulan Maret lalu, dimana sejumlah drone terbang rendah di atas kota Mandalay, tempat protes meletus setelah militer merebut kekuasaan dari pemerintah terpilih yang dipimpin Partai Liga Nasional untuk Demokrasi (NLD) dalam kudeta pada 1 Februari lalu.
Gambar tersebut menunjukkan dua jenis drone yang terbang di ketinggian yang cukup rendah untuk dilihat dan didengar oleh penduduk Mandalay, kota terbesar kedua di Myanmar.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Penampakan kendaraan udara, yang dikembangkan oleh China Aerospace Science and Technology Corporation (CASC), sangat penting mengingat bagaimana Tatmadaw (angkatan bersenjata Myanmar) telah mengoperasikannya," demikian isi laporan yang disampaikan intelijen pertahanan open-source asal Inggris tersebut.
Disebutkan pula, selain untuk memantau, drone-drone itu juga bisa menjadi taktik perang psikologis yang dirancang untuk mengintimidasi penduduk Myanmar.
"Untuk Tatmadaw, efek psikologis yang merusak pada akhirnya dapat memberikan keuntungan, karena upaya untuk menenangkan populasi yang jelas-jelas tumbuh semakin resisten dari hari ke hari terhadap aturan," katanya.
Laporan tersebut mengatakan para ahli bahwa antara tahun 2013-2014, sekitar 10 -12 drone jenis CH-3A UAV dikirim ke Myanmar dan dioperasikan oleh Angkatan Udara Myanmar dari Pangkalan Udara Meiktila di Myanmar tengah.
Pekan lalu, The Irrawaddy menyampaikan berita bahwa Kedutaan Besar China di Myanmar untuk pertama kalinya berbicara dengan anggota komite yang mewakili anggota parlemen terpilih NLD.
Simak juga 'Detik-detik Seorang Demonstran Diburu-Ditembaki Aparat Myanmar':