Presiden Filipina, Rodrigo Duterte, menyatakan berkomitmen untuk secara damai menyelesaikan perselisihan diplomatik terbaru dengan China. Perselisihan diplomatik itu terkait keberadaan ratusan kapal China di perairan Laut China Selatan.
Seperti dilansir Reuters, Selasa (6/4/2021), hal tersebut disampaikan Duterte setelah jajaran menteri dan jenderal militer Filipina melontarkan peringatan keras untuk China dalam beberapa waktu terakhir.
Keberadaan ratusan kapal China yang diyakini membawa awak milisi di dalam Zona Ekonomi Eksklusif Filipina telah membuat Filipina frustrasi dan menarik perhatian dari Amerika Serikat (AS), sekutu Filipina.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kami akan menyelesaikan isu soal Julian Felipe melalui saluran diplomatik dan melalui cara-cara damai," cetus Duterte dalam pernyataannya yang dibacakan oleh juru bicara Kepresidenan Filipina, Harry Roque.
Duterte menggunakan nama lain Whitsun Reef, yang dikenal sebagai karang Julian Felipe di Filipina.
Bulan lalu, Filipina melayangkan nota protes diplomatik soal keberadaan 220 kapal China yang 'berkerumun dan mengancam' di dekat Whitsun Reef. Kapal-kapal itu telah menyebar ke area-area lainnya di dalam Zona Ekonomi Eksklusif Filipina.
Menanggapi protes Filipina, otoritas China menyebut kapal-kapal itu sebagai kapal penangkap ikan yang berlindung dari gelombang laut yang ganas dan menegaskan tidak ada milisi di dalamnya.
Nada melunak dari Filipina ini disampaikan sehari setelah Kementerian Luar Negeri menyatakan akan melayangkan protes setiap hari jika China menolak untuk menarik kapal-kapalnya dari dekat Whitsun Reef. Kementerian Luar Negeri Filipina menyebut kapal-kapal China itu 'secara terang-terangan melanggar' hak-hak kedaulatan Filipina.
Secara terpisah, penasihat kepresidenan untuk persoalan hukum, Salvador Panelo, memperingatkan China bahwa keberadaan kapal-kapal itu di dalam Zona Ekonomi Eksklusif Filipina bisa memicu 'permusuhan yang tidak diinginkan'.
Duterte yang menentang opini publik, diketahui berupaya membangun aliansi dengan China dan tampak enggan mengkonfrontasi pemimpin China. Kalangan nasionalis menyebut Duterte digoda oleh janji-janji pinjaman dan investasi China, yang sebenarnya hanya terwujud sedikit.
Duterte juga berulang kali menyatakan bahwa Filipina tidak berdaya menghentikan aksi China dan menyebut tindakan menantang China berisiko memicu perang, di mana Filipina akan kalah.
Dalam pernyataannya, Duterte menyebut perbedaan yang muncul terkait Laut China Selatan tidak akan menjadi hambatan untuk menjalin hubungan baik dan kerja sama dalam respons pandemi virus Corona (COVID-19), termasuk pengadaan vaksin dan pemulihan ekonomi.
Filipina yang tengah menghadapi kesulitan dalam mengamankan pasokan vaksin Corona, diketahui membeli 25 juta dosis vaksin dari perusahaan China, Sinovac Biotech.