Perbatasan Ukraina-Rusia Tegang, Muncul Perdebatan Soal Rencana Serangan

Perbatasan Ukraina-Rusia Tegang, Muncul Perdebatan Soal Rencana Serangan

Novi Christiastuti - detikNews
Senin, 05 Apr 2021 12:23 WIB
In this photo taken from a footage released on Sept. 22, 2020 by Russian Defense Ministry Press Service, Paratroopers attend a military exercises at the Ashuluk military base in Southern Russia. Russian Air Defense systems successfully repelled aerial strike during joined military drills in the south of Russia. The drills, expected to be held in Black Sea and Caspian sea waters, will take place until September 26th. Belarus, Armenia, China, Pakistan and Myanmar take part in the exercises.
Ilustrasi (dok. Russian Defense Ministry Press Service via AP)
Kiev -

Ukraina dan Rusia tengah berdebat soal rencana operasi militer Rusia di wilayah Ukraina bagian timur yang dikuasai pemberontak pro-Rusia. Para pakar keamanan Ukraina menilai aktivitas militer Rusia di perbatasan tidak mengindikasikan konflik bersenjata besar, namun pakar Rusia menilai sebaliknya.

Seperti dilansir kantor berita Anadolu Agency, Senin (5/4/2021), para pakar keamanan Ukraina mengklaim Rusia tengah mendorong negara-negara Barat untuk berkompromi, namun para pakar Rusia berargumen bahwa Moskow mungkin saja melancarkan operasi militer baru di wilayah Donbas, Ukraina bagian timur.

Wakil Direktur Pusat Studi Militer, Konversi dan Pelucutan Senjata Ukraina, Mykhalio Samus, menyebut peningkatan aktivitas militer Rusia baru-baru ini di sepanjang perbatasan Ukraina-Rusia sebagai perang informasi dan psikologis untuk menekan Ukraina, Prancis, Jerman dan Amerika Serikat (AS).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Hal itu juga disebut oleh Samus dimaksudkan untuk mengekstrak konsesi komersial, khususnya soal saluran pipa gas alam Nordstream-2.

Ditegaskan Samus bahwa tujuan dari aktivitas militer Rusia adalah bermain polisi menjelang pemilu parlemen di Rusia. "Moskow tidak punya alasan untuk memulai serangan semacam itu karena kemungkinan hasilnya tidak bisa diprediksi. Oleh karena itu, perubahan operasi militer Rusia tidak lebih dari yang terjadi tahun lalu," tegasnya.

ADVERTISEMENT

Senada dengan Samus, Denis Moskalik dari Institut Nasional untuk Studi Strategis Ukraina menuturkan kepada Anadolu Agency bahwa konflik bersenjata besar dimungkinkan terjadi, namun tidak diharapkan terjadi dalam waktu dekat.

Moskalik menyatakan bahwa langkah Rusia dimaksudkan untuk menekan otoritas Ukraina dan AS, dan menguji tekad mereka. "Rusia mungkin akan memicu sejumlah bentrokan senjata kecil untuk mendapatkan keunggulan di meja perundingan dan untuk melihat dukungan (Presiden AS Joe) Biden pada Ukraina," sebutnya.

Simak juga 'Penyelamatan 4 Orang Jatuh ke Danau Beku Terekam Kamera':

[Gambas:Video 20detik]



Di sisi lain, pakar keamanan senior Rusia, Viktor Litovkin, menegaskan bahwa Rusia tidak akan tinggal diam jika Ukraina mulai melakukan operasi militer di Donbas.

"Sebagian besar warga yang tinggal di Donbas juga merupakan warga negara Rusia. Dengan demikian, Rusia mungkin turun tangan untuk melindungi warganya sendiri. Terlebih lagi, Rusia bisa menyerang agresor (Ukraina-red)," cetusnya.

Diketahui bahwa perbatasan Ukraina dan Rusia semakin tegang sejak 30 Maret, saat Panglima Angkatan Bersenjata Ukraina, Ruslan Homchak mengungkapkan bahwa Rusia mengerahkan personel militernya di dekat perbatasan Ukraina untuk 'latihan'.

Juru bicara Kremlin, Dmitry Peskov, menyebut Rusia memindahkan personel militernya di dalam wilayahnya 'atas kebijaksanaannya sendiri' dan 'itu tidak memberikan ancaman kepada siapapun'.

Pasukan militer Rusia masuk ke Semenanjung Crimea di Ukraina pada Februari 2014 lalu, dengan Presiden Vladimir Putin secara resmi membagi wilayah itu menjadi dua subjek federal terpisah dari Federasi Rusia beberapa bulan kemudian.

Turki dan AS, serta Majelis Umum Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB), memandang aneksasi itu ilegal, sama seperti Uni Eropa, yang memberikan sanksi pada Rusia.

Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.
Hide Ads