Ukraina dan Rusia tengah berdebat soal rencana operasi militer Rusia di wilayah Ukraina bagian timur yang dikuasai pemberontak pro-Rusia. Para pakar keamanan Ukraina menilai aktivitas militer Rusia di perbatasan tidak mengindikasikan konflik bersenjata besar, namun pakar Rusia menilai sebaliknya.
Seperti dilansir kantor berita Anadolu Agency, Senin (5/4/2021), para pakar keamanan Ukraina mengklaim Rusia tengah mendorong negara-negara Barat untuk berkompromi, namun para pakar Rusia berargumen bahwa Moskow mungkin saja melancarkan operasi militer baru di wilayah Donbas, Ukraina bagian timur.
Wakil Direktur Pusat Studi Militer, Konversi dan Pelucutan Senjata Ukraina, Mykhalio Samus, menyebut peningkatan aktivitas militer Rusia baru-baru ini di sepanjang perbatasan Ukraina-Rusia sebagai perang informasi dan psikologis untuk menekan Ukraina, Prancis, Jerman dan Amerika Serikat (AS).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Hal itu juga disebut oleh Samus dimaksudkan untuk mengekstrak konsesi komersial, khususnya soal saluran pipa gas alam Nordstream-2.
Ditegaskan Samus bahwa tujuan dari aktivitas militer Rusia adalah bermain polisi menjelang pemilu parlemen di Rusia. "Moskow tidak punya alasan untuk memulai serangan semacam itu karena kemungkinan hasilnya tidak bisa diprediksi. Oleh karena itu, perubahan operasi militer Rusia tidak lebih dari yang terjadi tahun lalu," tegasnya.
Senada dengan Samus, Denis Moskalik dari Institut Nasional untuk Studi Strategis Ukraina menuturkan kepada Anadolu Agency bahwa konflik bersenjata besar dimungkinkan terjadi, namun tidak diharapkan terjadi dalam waktu dekat.
Moskalik menyatakan bahwa langkah Rusia dimaksudkan untuk menekan otoritas Ukraina dan AS, dan menguji tekad mereka. "Rusia mungkin akan memicu sejumlah bentrokan senjata kecil untuk mendapatkan keunggulan di meja perundingan dan untuk melihat dukungan (Presiden AS Joe) Biden pada Ukraina," sebutnya.
Simak juga 'Penyelamatan 4 Orang Jatuh ke Danau Beku Terekam Kamera':