Stiko menambahkan bahwa saran tambahan soal suntikan penguat akan dirilis pada akhir April untuk kalangan yang berusia lebih muda yang telah menerima dosis pertama vaksin AstraZeneca-Oxford.
Usai pengumuman itu, beberapa kota di Jerman seperti Berlin dan Munich, wilayah Brandenburg, menangguhkan penggunaan vaksin AstraZeneca-Oxford untuk orang-orang berusia 60 tahun ke bawah.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Jerman menjadi salah satu negara Eropa yang sempat menangguhkan penggunaan vaksin AstraZeneca-Oxford pada awal bulan ini, saat regulator obat Uni Eropa atau EMA tengah mengkaji dugaan keterkaitan vaksin itu dengan kasus pembekuan darah langka di sejumlah negara Eropa.
Saat EMA menyatakan vaksin AstraZeneca-Oxford 'aman dan efektif', Jerman bersama negara-negara Eropa lainnya melanjutkan penggunaannya, namun penyelidikan terus berlanjut.
Regulator obat-obatan Jerman, Paul Ehrlich Institute, menemukan 31 kasus cerebral sinus vein thrombosis (CVST) di kalangan orang-orang yang telah menerima suntikan vaksin AstraZeneca-Oxford di Jerman. Nyaris semua kasus dilaporkan terjadi terhadap wanita muda dan paruh baya.
Menanggapi keputusan otoritas Jerman, pihak AstraZeneca menegaskan bahwa regulator internasional mendapati manfaat vaksin Corona buatannya lebih besar dari risikonya. Pihak AstraZeneca menyatakan akan terus menganalisis database-nya untuk memahami 'apakah kasus pembekuan darah yang sangat langka terkait dengan trombositopenia terjadi lebih umum dari yang diharapkan terjadi secara alami dalam populasi jutaan orang'.
"Kami akan terus bekerja dengan otoritas Jerman untuk menjawab setiap pertanyaan yang mungkin mereka miliki," imbuh pernyataan itu.
(nvc/idh)