"Saya terkejut seperti kebanyakan warga Muslim lainnya di kota ini bahwa sensitivitas keagamaan anak-anak Muslim di sekolah diabaikan sepenuhnya oleh guru sekolah yang memutuskan untuk menunjukkan gambar ofensif yang mencerca Nabi Muhammad yang mulia," ucap Dr Abdul Shaikh, seorang akademisi lokal di Batley yang juga aktivis Muslim, kepada PA News Agency.
Menurut laporan Ofsted tahun 2015, Batley Grammar School memiliki 689 murid yang nyaris tiga perempatnya berasal dari latar belakang etnis minoritas.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Foto-foto yang diunggah ke media sosial menunjukkan sekitar 30-40 demonstran, yang sebagian besar memakai masker, berkumpul di luar sekolah. Polisi berjaga-jaga di pintu masuk sekolah dan di jalanan sekitar sekolah.
Media lokal Huddersfield Examiner melaporkan bahwa aksi protes itu berlangsung damai, dengan kegiatan belajar-mengajar tertunda hingga pukul 10.00 waktu setempat.
Kepolisian West Yorksire menyatakan tidak ada penangkapan yang dilakukan dan tidak ada hukuman denda yang dijatuhkan. Pihak kepolisian sempat memblokir ruas jalanan di sekitar sekolah saat unjuk rasa berlangsung.
Dalam pernyataan terpisah, juru bicara Departemen Pendidikan mendorong adanya dialog antara pihak sekolah dengan orangtua murid terkait masalah ini.
"Namun, wujud protes yang kami lihat, termasuk melontarkan ancaman dan melanggar pembatasan virus Corona, sama sekali tidak bisa diterima dan harus diakhiri," tegas juru bicara itu.
"Sekolah bebas memasukkan berbagai isu, gagasan dan material dalam kurikulum mereka, termasuk isu yang menantang atau kontroversial, tunduk pada kewajiban mereka untuk memastikan keseimbangan politik," imbuhnya.
"Mereka harus menyeimbangkan ini dengan kebutuhan mempromosikan rasa hormat dan toleransi antara orang-orang yang berbeda keyakinan, termasuk dalam menentukan materi mana yang akan digunakan di dalam kelas," sebut juru bicara itu.
(nvc/ita)