Insiden kebakaran kembali terjadi di kamp pengungsi Rohingya di Bangladesh. Akibat kejadian itu, setidaknya 50.000 orang mengungsi dan menyebabkan tujuh orang tewas.
Seperti dilansir AFP, Selasa (23/3/2021) diketahui hampir satu juta minoritas Muslim Rohingya dari Myanmar - banyak di antaranya melarikan diri dari tindakan keras militer pada tahun 2017 - hidup dalam kondisi yang tertekan dan lingkungan yang kumuh di kamp-kamp pengungsi distrik Cox's Bazar, Bangladesh tenggara.
Kebakaran besar ini adalah kebakaran ketiga yang menimpa kamp tersebut dalam empat hari terakhir.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Para pejabat setempat mengatakan kobaran api tampaknya dimulai pada hari Senin (22/3) waktu setempat di salah satu dari 34 kamp yang ada, sebelum menyebar ke tiga kamp lainnya. Para pengungsi melarikan diri dengan membawa barang apa pun yang bisa diselamatkan.
Dalam video yang dibagikan di media sosial terlihat asap tebal mengepul dari gubuk-gubuk pengungsian. Ratusan petugas pemadam kebakaran dan pekerja bantuan berusaha memadamkan api dan menyelamatkan pengungsi ke tempat yang aman.
Sejumlah petugas pemadam kebakaran berhasil mengendalikan kobaran api sekitar tengah malam waktu setempat, di mana Refugees International mengatakan setidaknya 50.000 orang melarikan diri dari kamp pengungsian tersebut.
"Kami mengetahui tujuh orang tewas termasuk dua anak, seorang wanita dan empat pria dewasa," kata Kepala Dinas Pemadam Kebakaran setempat, Shahdat Hossain.
Kantor pengungsi dan polisi setempat belum mengkonfirmasi adanya kematian.
"Itu adalah kebakaran terbesar sejak masuknya Rohingya pada Agustus 2017," kata Wakil Kepala Komisaris Pengungsi, Shamsud Douza.
Douza mengatakan makanan telah dikirimkan kepada para pengungsi dan pekerja bantuan berusaha memberikan semua dukungan kemanusiaan yang diperlukan.
Seorang inspektur polisi, Gazi Salahuddin, mengatakan "kebakaran membuat sekitar 50.000 orang mengungsi di rumah kerabat mereka di kamp lain" dan kobaran api awalnya masih kecil, namun kemudian menyebar ke kamp lain setelah tabung gas yang digunakan untuk memasak meledak.
Menurut salah satu pengungsi, Mohammad Yasin, api berkobar selama lebih dari 10 jam dan merupakan yang terburuk yang pernah dia lihat sejak 2017.
Sebelumnya, dua kebakaran lainnya juga terjadi pada hari Jumat (18/3) dan menghancurkan sejumlah kamp pengungsian.
Pada Januari lalu, dua kebakaran besar juga melanda kamp-kamp pengungsian dan menyebabkan ribuan orang kehilangan tempat tinggal dan memusnahkan empat sekolah UNICEF.
Juru kampanye Amnesty International Asia Selatan, Saad Hammadi, men-tweet bahwa "frekuensi kebakaran di kamp-kamp itu terlalu kebetulan, terutama ketika hasil penyelidikan sebelumnya atas insiden tersebut tidak diketahui dan terus berulang".
Sementara itu, pemerintah Bangladesh terus mendorong para pengungsi Rohingya untuk dipindahkan ke pulau terpencil di Teluk Benggala, dengan alasan kamp-kamp itu terlalu ramai.
Sejauh ini, 13.000 warga Rohingya telah dipindahkan ke pulau rawan banjir itu, yang menurut para kritikus juga berada di jalur topan mematikan.