Pengadilan China mulai mengadili salah satu warga Kanada yang didakwa atas spionase dan ditahan sejak akhir tahun 2018. Persidangan ini digelar secara tertutup.
Seperti dilansir Reuters, Jumat (19/3/2021), warga Kanada bernama Michael Spavor itu mulai disidang di Pengadilan Dandong pada Jumat (19/3) waktu setempat. Sidang dilaporkan berlangsung selama dua jam dan digelar secara tertutup.
Kuasa usaha atau charge d'affaires Kedutaan Besar Kanada di China, Jim Nickel, mengungkapkan bahwa pengadilan belum menjatuhkan vonis atas kasus Spavor. Namun tidak diketahui secara jelas apakah akan ada sidang selanjutnya atau kapan vonis akan dibacakan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Diketahui bahwa pengadilan-pengadilan China memiliki level 99 persen untuk menyatakan seorang terdakwa bersalah.
Nickel yang tidak bisa masuk ke dalam ruang sidang menyatakan bahwa menurut keterangan pengacaranya, Spavor dihadirkan langsung dalam sidang tertutup itu. Menurut Nickel, Spavor tidak terlihat di luar ruang sidang dan tidak diketahui kondisinya terkini.
Otoritas China menangkap Spavor dan seorang warga Kanada lainnya bernama Michael Kovrig pada Desember 2018. Penahanan keduanya terjadi setelah Kepolisian Kanada menahan Meng Wanzhou, salah satu petinggi raksasa teknologi China, Huawei Technologies, atas permintaan Amerika Serikat (AS).
China bersikeras menyatakan bahwa penahanan dua warga Kanada itu tidak terkait dengan penangkapan Meng, yang kini menjadi tahanan rumah di Vancouver dan tengah menghadapi sidang ekstradisi ke AS.
Kovrig yang mantan diplomat Kanada, dijadwalkan akan disidang mulai Senin (22/3) mendatang di Beijing.
Sementara itu, persidangan Spavor digelar dengan pengamanan cukup ketat pada Jumat (19/3) pagi waktu setempat. Lokasi pengadilan tempat Spavor disidang berada di dekat perbatasan Korea Utara (Korut), yang sering dikunjungi Spavor saat dia masih aktif menjalankan aktivis bisnisnya.
Para pejabat diplomatik dari Kedutaan Besar Kanada dan negara-negara lainnya, termasuk AS, Belanda, Inggris, Prancis, Denmark, Australia, Swedia dan Jerman juga mendatangi pengadilan, namun mereka semua tidak bisa masuk ke dalam ruang sidang.
"Kami kecewa dengan kurangnya akses dan kurangnya transparansi," sebut Nickel kepada wartawan setempat.
"Alasan yang dikemukakan adalah ini disebut sebagai kasus keamanan nasional dan keyakinan mereka bahwa hukum domestik mengesampingkan hukum internasional, padahal faktanya tidak demikian. China memiliki kewajiban internasional untuk mengizinkan akses konsuler," cetusnya.
Ditambahkan Nickel bahwa pejabat diplomatik Kanada terakhir melihat Spavor pada 3 Februari lalu dan telah beberapa kali mengajukan permintaan untuk menemuinya sebelum sidang. Permintaan itu ditolak oleh otoritas China.
Simak juga video 'Pabrik-pabrik Didanai China di Myanmar Dibakar':