Aksi Saling Gempur Bikin Myanmar Jadi Mirip Zona Tempur

Round-Up

Aksi Saling Gempur Bikin Myanmar Jadi Mirip Zona Tempur

Tim detikcom - detikNews
Kamis, 18 Mar 2021 05:30 WIB
Seperti dilansir AFP, Selasa (16/3/2021) Asosiasi Bantuan untuk Tahanan Politik (AAPP) menyebut sudah lebih dari 180 orang tewas sejak kudeta 1 Februari.
Kisruh Myanmar bikin suasana layaknya zona pertempuran (Foto: Stringer/Getty Images)
Yangon -

Kekerasan yang kian meningkat oleh pihak junta militer membawa sejumlah kota Myanmar diberlakukan darurat militer. Kota terbesar di Myanmar, Yangon berubah bak zona pertempuran dengan pemandangan kepulan asap di langit-langit kota hingga membuat para penduduk mengalami trauma dan melarikan diri dari lokasi tersebut.

Seperti dilansir AFP, Rabu (17/3/2021), sejak hari Minggu (14/3) waktu setempat, junta memberlakukan darurat militer di Hlaing Tharyar dan di kota-kota lainnya, yang menempatkan hampir dua juta orang di bawah kendali penuh komandan militer. Banyak penduduk melarikan diri, sementara mereka yang tetap tinggal melaporkan adegan yang mirip dengan kondisi perang.

"Ada tembakan terus-menerus sepanjang malam dan kami tidak bisa tidur," kata seorang warga kepada AFP, sembari menambahkan bahwa orang-orang khawatir karena takut menjadi sasaran pasukan keamanan.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Sejumlah pengunjuk rasa anti-kudeta bahkan berkemah di jembatan menuju ke jalan utama kota, sambil mengenakan helm pelindung, masker gas, dan membawa tameng rakitan pada Selasa (16/3) malam waktu setempat. Mereka juga memasang barikade yang terbuat dari ban, kayu, karung pasir dan tiang bambu.

Beberapa dari barikade itu terbakar, menyebabkan asap hitam tebal membumbung di atas jalan-jalan yang kini mulai sepi. Sejumlah pengunjuk rasa melemparkan bom bensin ke pasukan keamanan, sembari bersembunyi di balik tameng rakitan.

ADVERTISEMENT

Di daerah pemukiman di kota lainnya, sebuah rekaman video yang diverifikasi oleh AFP menunjukkan tembakan-tembakan terus dilepaskan tanpa henti dalam kurun waktu sekitar 15 detik.

Arus informasi mulai melambat karena junta militer membatasi penggunaan internet sejak Senin (15/3) dini hari. Bahkan setiap malam, selama 8 jam, akses internet mati total.

Menurut kelompok pemantau lokal, Asosiasi Bantuan untuk Tahanan Politik, lebih dari 200 orang tewas dalam kerusuhan anti-kudeta.

Simak video 'Detik-detik Tentara Myanmar Tembak Mati Demonstran':

[Gambas:Video 20detik]



Insiden itu membuat Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) mengutuk kematian demonstran di Myanmar, dan menambahkan bahwa mereka mengkhawatirkan laporan penyiksaan dan kematian bagi mereka yang ditahan.

"Jumlah korban tewas melonjak selama sepekan terakhir di Myanmar, di mana pasukan keamanan telah menggunakan kekuatan mematikan secara agresif terhadap pengunjuk rasa damai," kata juru bicara kantor hak asasi PBB Ravina Shamdasani kepada wartawan.

"Laporan penyiksaan yang sangat menyedihkan di dalam tahanan juga telah muncul."

Dalam beberapa pekan terakhir, dilaporkan setidaknya lima kematian dalam tahanan terjadi. Ditambahkan bahwa "setidaknya dua tubuh korban telah menunjukkan tanda-tanda penganiayaan fisik yang parah yang menunjukkan bahwa mereka disiksa."

Halaman 2 dari 2
(izt/nvc)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.
Hide Ads