Jumlah tentara dan polisi Myanmar yang membelot dari tugas mereka kian bertambah. Salah satunya yang dilakukan seorang tentara muda bernama Shing Ling, yang bergabung dengan gerakan antikudeta dan berhenti dari pekerjaannya.
Seperti dilansir AFP, Selasa (16/3/2021) berbeda dari rekan sejawatnya yang diam-diam membelot, Ling secara terang-terangan menunjukkan pembelotannya di media sosial. Dia memposting fotonya dengan seragam tentara sambil memberikan hormat tiga jari sebagai bentuk dukungannya terhadap demokrasi.
Postingan itu viral dan sudah dibagikan oleh lebih dari seribu akun sambil memuji keberaniannya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Saya merasa sangat bersalah dan malu sejak 1 Februari," kata Shing Ling kepada AFP dari tempat persembunyiannya di Yangon.
Salah satu yang memicu bergabungnya Ling dengan gerakan pembangkangan nasional adalah saat kekerasan terjadi di kota Okkalapa Utara, Yangon pada awal Maret lalu.
"Saya ditempatkan sangat dekat dengan Okkalapa Utara, jadi senjata saya bisa menembak orang yang tidak bersenjata," katanya. "Saya tidak bisa membiarkan itu terjadi. Itu sebabnya saya memutuskan untuk bergabung," imbuhnya.
Terlihat dalam akun Instagram pribadinya, tentara etnis Chin itu memposting foto dirinya mengenakan seragam militer pada Oktober 2018. Dalam postingan terbarunya, dia membagikan foto dirinya yang memberikan hormat tiga jari setelah bergabung dengan gerakan mogok nasional, yang dilakukan para pegawai negeri karena menolak bekerja di bawah rezim junta militer.
Tak seperti Ling, sebenarnya ada sejumlah laporan pembelotan polisi dan tentara, tetapi jarang dari mereka yang mengumumkan pembelotan karena takut akan konsekuensinya. Menurut hukum militer Myanmar, bagi tentara yang membelot, mereka akan ditindak dengan hukuman mati.
Simak video 'Detik-detik Tentara Myanmar Tembak Mati Demonstran':
Diketahui Shing Ling bergabung dengan akademi militer saat remaja.
Keputusan Ling terkait pembelotannya dari militer di Facebook, membuat dirinya harus bersembunyi. Mantan tentara muda itu memutuskan hubungan dengan batalionnya, mengubah penampilan dan kartu SIM selulernya, dan sekarang tinggal di lokasi rahasia di Yangon meski sadar suatu hari junta akan menemukannya.
Sementara itu, sekitar 200 petugas polisi dan keluarga mereka telah melarikan diri dari negara itu sejak kudeta - bagian dari arus pembelot yang menyeberang ke negara bagian Mizoram, India timur laut.