Presiden Amerika Serikat (AS), Joe Biden, mengecam tindak kekerasan dan kejahatan bermotif ras yang kini melanda banyak warga keturunan Asia di berbagai wilayah AS. Biden menyebutnya sebagai 'kejahatan kebencian yang kejam' dan menyerukan agar tindakan semacam itu segera dihentikan.
Seperti dilansir CNN dan AFP, Jumat (12/3/2021), kecaman itu disampaikan Biden dalam pidatonya memperingati setahun pandemi virus Corona (COVID-19) di AS. Biden menegaskan tidak dibenarkan untuk menggunakan pandemi Corona sebagai alasan untuk membenci atau memecah belah.
"Terlalu sering, kita saling bertentangan satu sama lain," ujar Biden dalam pidato yang digelar di East Room Gedung Putih pada Kamis (11/3) malam.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Sebuah masker, hal termudah untuk dilakukan demi menyelamatkan nyawa, terkadang, itu memecah-belah kita, saling mengadu domba, bukannya saling bekerja sama, kejahatan kebencian yang kejam terhadap warga Asia-Amerika, yang telah diserang, dilecehkan, disalahkan dan dijadikan kambing hitam," imbuhnya.
Biden menyerukan agar tindak kekerasan dan kejahatan semacam itu, yang melonjak beberapa waktu terakhir, segera dihentikan.
"Pada saat ini, begitu banyak dari mereka, rekan sesama warga Amerika, mereka ada di garis depan pandemi ini untuk menyelamatkan nyawa, dan tetap saja, mereka masih dipaksa untuk hidup dalam ketakutan mengkhawatirkan nyawa mereka saat hanya menyusuri jalanan di Amerika," ujarnya.
"Itu salah. Itu tidak bersifat Amerika. Dan itu harus dihentikan," tegas Biden.
Para aktivis menyebut tindak kekerasan dan diskriminasi anti-Asia secara lebih luas telah dipicu oleh pembahasan soal 'virus China' yang dilontarkan mantan Presiden Donald Trump dan pihak lainnya.
Motivasi rasialisme sulit dibangun dalam banyak kasus, namun angka kejahatan kebencian anti-Asia dilaporkan meningkat lebih dari dua kali lipat. Kajian California State University menunjukkan bahwa angkanya bertambah dari 49 kasus menjadi 122 kasus sepanjang tahun lalu, dengan peningkatan terjadi di sebanyak 16 kota besar di AS, termasuk New York dan Los Angeles.
Laporan tersebut menggunakan data awal kepolisian setempat dan mengamati peristiwa yang dikategorikan sebagai tindak kriminal dan menunjukkan bukti adanya bias etnis atau ras.
Laporan itu sejalan dengan studi lainnya dari kelompok advokasi Stop AAPI Hate yang menunjukkan lebih dari 2.800 insiden rasisme dan diskriminasi -- termasuk dalam bentuk non-fisik -- yang menargetkan warga Asia-Amerika dan dilaporkan secara online di seluruh wilayah AS, antara Maret hingga Desember tahun lalu.