Otoritas Israel menunda rencana untuk memvaksinasi warga Palestina yang bekerja di negara Yahudi tersebut dan permukiman Tepi Barat. Penundaan ini disampaikan pada Jumat (5/3) waktu setempat hingga pemberitahuan lebih lanjut.
COGAT, badan militer Israel yang mengoordinasikan urusan sehari-hari dengan Otoritas Palestina, mengaitkan penundaan tersebut dengan "penundaan administratif". COGAT mengatakan bahwa tanggal mulai baru untuk kampanye vaksinasi tersebut akan ditentukan kemudian.
Seperti dilansir dari kantor berita Associated Press, Sabtu (6/3/2021), program vaksinasi pekerja Palestina seharusnya dimulai pada hari Minggu (7/3) di perlintasan Tepi Barat ke Israel dan di zona-zona industri Israel.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Vaksinasi ini dapat meredakan kritik terhadap Israel karena tidak membagikan sejumlah besar persediaan vaksinnya dengan orang-orang Palestina yang tinggal di bawah kendali Israel di Tepi Barat dan mereka yang berada di Jalur Gaza. Padahal Israel tercatat sebagai salah satu negara dengan kampanye vaksinasi tercepat di dunia.
Israel juga telah mengumumkan rencana untuk berbagi kelebihan vaksin dengan sekutu yang jauh di Afrika, Eropa dan Amerika Latin. Namun, keputusan itu terhenti karena masalah hukum.
Sebelumnya pada hari Kamis (4/3) waktu setempat, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu bersama para pemimpin Denmark dan Austria mengatakan bahwa ketiga negara akan bergabung dalam perang melawan COVID-19 dengan investasi dalam penelitian dan peluncuran vaksin.
Dilaporkan bahwa sekitar 100.000 pekerja Palestina dari Tepi Barat bekerja di Israel. Otoritas Palestina saat ini baru memperoleh dosis vaksin yang cukup untuk hanya 6.000 orang rakyatnya - yang berarti sebagian besar dari perkiraan 7 juta warga Palestina di Tepi Barat dan Jalur Gaza akan tetap tidak divaksinasi.
Simak juga 'Palestina Tuding Israel Cegah Vaksin Corona Memasuki Gaza':