Organisasi Internasional untuk Migrasi (IOM) mengatakan setidaknya 20 orang tewas tenggelam setelah para penyelundup melemparkan puluhan migran ke laut saat melintasi wilayah perairan antara Djibouti dan Yaman.
Seperti dilansir AFP, Jumat (5/3/2021), menurut para penyintas, setidaknya ada 200 migran, termasuk anak-anak, dibawa di atas kapal ketika meninggalkan wilayah Oulebi, Djibouti pada Rabu (2/3) dini hari waktu setempat menuju Yaman melintasi Teluk Aden.
"Setelah 30 menit perjalanan, para penyelundup panik karena banyaknya orang yang ada di kapal. Mereka pun melemparkan 80 migran ke laut sebelum kapal kembali ke darat," kata juru bicara regional IOM untuk wilayah Timur dan Tanduk Afrika (Ujung Timur Afrika), Yvonne Ndege.
"Para migran yang berhasil selamat yakin sedikitnya 20 orang telah tewas. Masih ada beberapa yang belum ditemukan. Lima mayat terdampar di darat," kata Ndege kepada AFP.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Mereka yang selamat menerima perawatan medis di kota pelabuhan Djibouti, Obock, titik transit utama bagi ribuan migran Afrika yang berusaha mencapai Teluk.
"Ada kekhawatiran jumlah korban tewas bisa meningkat karena para migran yang selamat tidak dapat menemukan keluarga yang turut serta bersamanya di kapal," kata Ndege.
Menurut IOM, insiden ini adalah ketiga kalinya terjadi di Teluk Aden dalam waktu kurang dari enam bulan. Dua insiden serupa pada Oktober 2020 lalu merenggut nyawa sedikitnya 50 migran.
"Tragedi Rabu (2/3) adalah bukti lebih lanjut bahwa penjahat terus mengeksploitasi orang yang putus asa untuk meningkatkan kehidupan mereka demi keuntungan, terlepas dari konsekuensinya," kata Kepala Misi IOM Djibouti, Stephanie Daviot.
Lihat juga video 'Detik-detik Penyelamatan 365 Imigran di Laut Mediterania':
"Penyelundup dan pelaku perdagangan manusia harus dituntut atas kejahatan mereka, dan jalur migrasi baru dibangun untuk memungkinkan masyarakat mengejar peluang kerja di luar negeri dengan cara yang aman, legal dan bermartabat," imbuhnya.
"Kewarganegaraan orang-orang yang berada di kapal itu belum diketahui, dengan kesaksian masih dikumpulkan dari mereka yang selamat," kata IOM.
Setiap tahun, ribuan migran melakukan perjalanan dengan perahu berbahaya dari wilayah Tanduk Afrika ke Yaman yang dilanda perang, banyak dari mereka bertujuan pergi ke negara-negara Teluk untuk mencari pekerjaan.
Sejak pandemi, pembatasan perjalanan mengurangi arus migran melalui rute ini. IOM mengatakan sekitar 138.000 orang melakukan perjalanan pada 2019, menurun pada 2020 dengan sekitar 37.500 orang.
Diyakini ribuan migran terdampar di Yaman, yang mengalami konflik bertahun-tahun dan telah merenggut puluhan ribu nyawa dan membuat jutaan orang mengungsi, yang oleh PBB disebut sebagai krisis kemanusiaan terburuk di dunia.