Kursi Myanmar di Forum PBB Jadi Ajang Sikut Sana-sini

Round Up

Kursi Myanmar di Forum PBB Jadi Ajang Sikut Sana-sini

Tim Detikcom - detikNews
Rabu, 03 Mar 2021 20:03 WIB
Dubes Myanmar untuk PBB Kyaw Moe Tun
Dubes Myanmar untuk PBB (Foto: UNTV via AP)
New York -

Aksi saling berebut kursi wakil Myanmar di Forum Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) mulai terjadi setelah pencopotan Duta Besar Myanmar untuk PBB beberapa waktu belakangan. Pemerintahan militer Myanmar dan utusan pemerintah sipil yang dikudeta saling melancarkan klaim kontradiktif mengenai hal itu.

Seperti dilansir AFP, Rabu (3/3/3021), dalam sidang umum PBB pada Jumat (26/2) lalu, Duta Besar Myanmar untuk PBB, Kyaw Moe Tun, dengan berani mengatakan dirinya telah memutuskan hubungan dengan junta militer. Dengan emosional Tun juga meminta bantuan dari PBB untuk memulihkan pemerintahan sipil Aung San Suu Kyi yang digulingkan sejak kudeta 1 Februari lalu.

Merespon Tun, pemerintah militer Myanmar mengklaim utusan diplomatik itu kini telah dipecat pada keesokan harinya.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Tak mau kalah, Kyaw Moe Tun kemudian mengirimkan pesan kepada presiden Majelis Umum PBB dan mengklaim dirinya masih memegang jabatan itu.

"Pelaku kudeta yang tidak sah ... tidak memiliki kewenangan untuk melawan otoritas sah presiden negara saya," demikian isi surat tersebut mengacu pada Aung San Suu Kyi

ADVERTISEMENT

"Oleh karena itu, saya ingin menegaskan kepada Anda bahwa saya tetap menjadi wakil tetap Myanmar untuk Perserikatan Bangsa-Bangsa," tambahnya.

Pemerintahan militer Myanmar melalui Kementerian Luar Negeri mengirimkan catatan verbal ke PBB pada Selasa (2/3). Isi catatan itu menerangkan pencopotan Kyaw Moe Tun dan digantikan oleh Tin Maung Naing.

"Kementerian Luar Negeri ... mendapat kehormatan untuk menginformasikan bahwa dewan administrasi negara republik Persatuan Myanmar menghentikan tugas dan tanggung jawab duta besar Kyaw Moe Tun," demikian isi catatan itu.

"Saat ini, Tin Maung Naing, wakil duta besar perwakilan tetap, telah ditugaskan sebagai ad-interim dari misi permanen," tambahnya.

Juru bicara PBB, Stephane Dujarric, dalam konferensi pers mengatakan badan tersebut telah menerima dua surat "kontradiktif" dan akan menentukan sikap ke depannya.

"Kami sedang memeriksa surat-surat itu, dari mana asalnya dan apa yang akan kami lakukan," katanya.

Mendukung Kyaw Me Tun, Amerika Serikat (AS) turut memuji "keberaniannya" melawan junta militer. Juru bicara Departemen Luar Negeri AS mengatakan "kami memahami bahwa perwakilan tetap akan di posisinya."

"Kami akan terus menentang kudeta militer dan kami akan terus mendukung pemulihan pemerintah sipil yang dipilih secara demokratis di Burma (Myamar)," kata juru bicara AS.

Komite akreditasi dan protokol PBB akan menyelidiki masalah ini dan kemudian merujuknya ke Majelis Umum.

Dujarric mengatakan bahwa utusan PBB untuk Myanmar, Christine Schraner Burgener, yang saat ini berada di Swiss, "melanjutkan pembicaraannya dengan berbagai pihak mengenai situasi saat ini."

Pada hari Jumat (26/2), Burgener mengatakan bahwa "penting bagi komunitas internasional untuk tidak memberikan legitimasi atau pengakuan kepada rezim ini," dan menyerukan kepada komunitas internasional untuk mendesak Myanmar untuk kembali ke demokrasi.

Halaman 3 dari 2
(izt/nvc)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.
Hide Ads