Pemerintah Iran akan memberikan "tanggapan detail" atas tuduhan kebohongan yang dilontarkan seorang pakar Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) soal penembakan jatuh pesawat penumpang Ukraina di dekat Teheran, tahun lalu.
Seperti dilansir AFP, Kamis (25/2/2021) juru bicara Kementerian Luar Negeri Iran, Saeed Khatibzadeh, mengatakan pihaknya "telah menyiapkan tanggapan detail atas pertanyaan-pertanyaan dan ambiguitas yang muncul, yang akan diserahkan sebelum 20 Maret".
Diketahui penerbangan Ukraine International Airlines PS752 jatuh tak lama setelah lepas landas dari ibu kota Iran, Teheran. Kejadian 8 Januari 2020 itu menewaskan keseluruhan 176 penumpang dan kru, termasuk 55 warga Kanada.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Tiga hari kemudian, Iran mengakui pasukan militernya keliru menembak jatuh pesawat Boeing 737-800 yang menuju ke Kiev, Ukraina tersebut. Dua rudal menghantam pesawat penumpang itu dalam selisih waktu 25 detik.
Pelapor khusus PBB tentang pembunuhan ekstra-yudisial, Agnes Callamard, mengungkapkan hasil penyelidikan atas tragedi itu dan mengatakan penjelasan Iran tentang kejadian itu penuh dengan kontradiksi dan kebohongan.
"Pakar PBB itu mengandalkan informasi yang salah, bias dan tidak relevan," ujar Saeed Khatibzadeh.
Dia juga mengkritik Callamard karena terlibat dalam topik yang "tidak ada hubungannya dengan misi atau kompetensinya".
Callamard mengatakan kejadian versi Iran "penuh dengan kontradiksi. Penilaian teknis dari banyak ahli mengatakan kesaksian itu bertentangan dengan fakta."
Otoritas penerbangan sipil Iran mengatakan bahwa penyetelan radar unit antipesawat yang buruk adalah kesalahan utama di balik tragedi itu.
Ketegangan antara Iran dan Amerika Serikat tengah meningkat pada saat jatuhnya pesawat Ukraina itu.
Pertahanan udara Iran berada dalam status siaga tinggi untuk serangan balik AS setelah Teheran menembakkan rudal ke pangkalan militer AS di Irak. Rudal-rudal itu ditembakkan sebagai tanggapan atas tewasnya Jenderal Qasem Soleimani, yang memimpin pasukan operasi asing Korps Garda Revolusi Islam Iran, dalam serangan drone AS di dekat bandara internasional Baghdad, Irak.
Pada Desember 2020 lalu, Iran mengatakan akan membayar US$ 150.000 (Rp 2,1 miliar) sebagai kompensasi kepada setiap keluarga korban tragedi itu. Langkah itu dikritik keras oleh Ukraina, yang menuntut penyelidikan diselesaikan terlebih dahulu.