Kesaksian Wanita yang Diperkosa di Gedung Parlemen Australia

Kesaksian Wanita yang Diperkosa di Gedung Parlemen Australia

Novi Christiastuti - detikNews
Selasa, 16 Feb 2021 18:51 WIB
Sistem Komputer Parlemen Australia Diretas, Keterlibatan China Diselidiki
Ilustrasi -- Gedung Parlemen Australia (dok. ABC Australia)
Canberra -

Seorang mantan staf Partai Liberal Australia yang dipimpin Perdana Menteri (PM) Scott Morrison, mengaku diperkosa di dalam Gedung Parlemen. Dia menyebut dirinya terpaksa memilih untuk melaporkannya ke polisi atau mempertahankan pekerjaan yang menjadi impiannya sejak lama.

Seperti dilansir CNN dan news.com.au, Selasa (16/2/2021), dalam pengakuan kepada media setempat, mantan staf ini menyebut pemerkosaan itu terjadi saat dirinya tidak sadarkan diri. Pemerkosaan itu terjadi pada Maret 2019 lalu, tapi mantan staf ini memutuskan tidak melapor secara resmi ke polisi.

Kasus pemerkosaan ini terungkap setelah sang mantan staf ini memutuskan mundur dari posisinya sebagai penasihat media untuk Partai Liberal dan membeberkan kisahnya kepada media setempat. PM Morrison dalam tanggapannya telah menyampaikan permintaan maaf dan berjanji akan melakukan penyelidikan lebih lanjut.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Kolega yang memperkosa mantan staf ini tidak disebut identitasnya dan jabatannya, hanya disebutkan bahwa dia juga merupakan staf Partai Liberal. Menurut PM Morrison, pria itu telah dipecat karena melanggar keamanan dengan masuk ke Gedung Parlemen di luar jam kerja, atau pada malam hari saat pemerkosaan terjadi.

Dalam penuturannya, wanita yang kini berusia 26 tahun ini menyebut dirinya diperkosa di dalam kantor Menteri Pertahanan, Linda Reynolds, yang ada di dalam Gedung Parlemen Australia di Canberra. Pemerkosaan itu terjadi saat wanita ini berusia 24 tahun dan baru bekerja selama sebulan untuk Partai Liberal, yang disebutnya sebagai pekerjaan impiannya.

ADVERTISEMENT

Kepada program Network 10 'The Project' pada Senin (15/2) waktu setempat, wanita ini menceritakan bahwa pemerkosaan terjadi setelah dirinya pergi minum bersama sejumlah koleganya, termasuk pelaku. Wanita ini menyebut pelaku sebagai 'rising star' di Partai Liberal saat itu.

Menurut wanita ini, saat dirinya ingin pulang, pelaku menawarkan untuk berbagi taksi dengan dalih rute pulang mereka sama. Namun ternyata, pelaku membawanya ke Gedung Parlemen dengan alasan ingin 'mengambil sesuatu'.

Saat berada di dalam kantor Menhan, wanita ini merasa tidak enak badan karena mabuk dan berbaring di sofa yang ada di dalam kantor tersebut. Namun saat terbangun, dia mendapati koleganya itu sedang berhubungan intim dengan dirinya.

Lihat juga Video: Gadis 19 Tahun Meninggal Diperkosa 4 Pria Picu Protes di India

[Gambas:Video 20detik]



Wanita ini menyebut dirinya saat itu tidak berdaya untuk melakukan perlawanan secara fisik. "Saya terbangun di tengah pemerkosaan. Saya menyuruhnya berhenti. Saya menangis. Dia bahkan tidak melihat saya," tuturnya.

Diakui wanita ini bahwa dirinya sempat berbicara kepada polisi soal pemerkosaan itu beberapa hari kemudian, atau pada April 2019. Namun akhirnya dia memutuskan untuk tidak mengajukan laporan resmi karena mengkhawatirkan prospek kariernya.

Menurut wanita ini, saat itu dirinya ingin melindungi Partai liberal dan 'pekerjaan impiannya' menjelang pemilu. "Itu bukan keputusan yang tepat untuk saya secara pribadi, terutama terkait tuntutan di tempat kerja saya," ucapnya kepada news.com.au.

"Itu soal pekerjaan saya. Jika itu terjadi di sudut jalan jauh dari parlemen, tidak ada keraguan dalam pikiran saya. Tentu saja. Tentu saja," imbuh wanita itu.

Kepolisian Canberra mengonfirmasi wanita itu telah berbicara kepada pihaknya pada April 2019, namun tidak mengajukan laporan resmi. Tapi kepolisian menyatakan penyelidikan terhadap dugaan pemerkosaan itu masih 'terbuka' dan bisa dibuka kapan saja meski korban enggan melapor secara resmi.

Dalam pernyataan terpisah kepada CNN, wanita ini menuturkan dirinya memutuskan untuk mengungkap kisahnya sekarang 'karena saya tidak ingin apa yang terjadi pada saya, terjadi pada orang lain'. Dia juga menyebut dirinya menghabiskan dua tahun terakhir 'menginternalisasi trauma' yang dialaminya.

Pada akhir Januari tahun ini, wanita ini memberitahu pemerintahan PM Morrison bahwa dirinya tidak bisa lagi menahan dampak emosional dari pemerkosaan itu dan ingin mengundurkan diri kemudian pergi meninggalkan Canberra.

Dia berterima kasih pada PM Morrison atas permintaan maafnya, namun menilai penyelidikan budaya kerja di parlemen Australia 'sudah terlambat'.

"Seharusnya tidak butuh kisah saya, atau kisah korban selamat lainnya ditayangkan di televisi nasional bagi Perdana Menteri -- atau anggota parlemen -- untuk mengambil tindakan atas pelecehan, penyerangan seksual atau bullying di tempat kerja," sebutnya dalam pernyataan.

"Setiap orang seharusnya merasa aman untuk melaporkan penyerangan seksual tanpa takut kehilangan pekerjaan mereka. Insiden-insiden ini seharusnya tidak perlu dipublikasikan ke media agar perubahan terjadi," tandasnya.

Halaman 2 dari 2
(nvc/ita)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.
Hide Ads