Polisi Gunakan Water Cannon untuk Bubarkan Demonstran di Myanmar

Polisi Gunakan Water Cannon untuk Bubarkan Demonstran di Myanmar

Syahidah Izzata Sabiila - detikNews
Senin, 08 Feb 2021 13:51 WIB
Militer Myanmar melakukan kudeta dan menahan Aung San Suu Kyi. Aksi ini medapat protes di sejumlah negara.
aksi demo besar-besaran di Myanmar untuk memprotes kudeta (Foto: AP Photo)
Naypyidaw -

Polisi Myanmar menggunakan water cannon untuk membubarkan para pengunjuk rasa anti-kudeta di Naypyidaw, ibukota Myanmar. Massa demonstran menuntut militer untuk membebaskan Aung San Suu Kyi dan tokoh-tokoh lainnya, serta menuntut kembalinya demokrasi.

"Polisi menggunakan water cannon untuk membersihkan (jalan)," kata warga Naypyidaw, Kyaw Kyaw, yang bergabung dalam protes tersebut, seperti dilansir AFP, Senin (8/2/2021).

Seorang fotografer juga menyaksikan insiden itu. Ia menyebut ini adalah penggunaan water cannon pertama yang dilakukan terhadap pengunjuk rasa sejak aksi-aksi demonstrasi dimulai tiga hari lalu.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Massa besar-besaran bergabung dengan protes anti-kudeta di seluruh Myanmar ketika para pekerja melakukan mogok nasional.

"Kami bergabung dalam protes untuk mengakhiri kediktatoran militer," ujar Kyaw Kyaw.

ADVERTISEMENT

Sebelumnya, pada akhir pekan, puluhan ribu orang berkumpul juga di jalan-jalan di seluruh Myanmar dalam protes terbesar sejak kudeta. Aksi demo itu sebagian besar berlangsung damai, tetapi media lokal melaporkan bahwa di kota Myawaddy, polisi melepaskan tembakan peringatan ke udara untuk membubarkan sekelompok pengunjuk rasa.

Para jenderal Myanmar melakukan kudeta dengan menahan Suu Kyi dan puluhan anggota partainya, Liga Demokrasi Nasional (NLD) pada Senin pekan lalu (1/2).

Para jenderal menyatakan melakukan kudeta tersebut karena adanya kecurangan pemilu pada November 2020, yang dimenangkan NLD secara telak. Komisi pemilihan umum membantah tuduhan kecurangan tersebut.

Militer kemudian mengumumkan keadaan darurat satu tahun, dan berjanji untuk mengadakan pemilihan umum baru, tanpa menyebut kapan waktu yang tepat. Militer Myanmar juga mengumumkan pengambilalihan kekuasaan. Kini, kekuasaan atas Myanmar berada di tangan Panglima Militer Myanmar, Jenderal Senior Min Aung Hlaing, yang akan memimpin Myanmar selama masa darurat selama setahun ke depan.

Unjuk rasa yang terus terjadi di Myamar mendorong militer kembali melakukan blokade Internet nasional, seperti saat dimulainya kudeta.

Ketika protes semakin memanas, militer juga memerintahkan jaringan telekomunikasi untuk membekukan akses ke Facebook, layanan yang sangat populer di negara itu dan bisa dibilang sebagai mode komunikasi utamanya.

Halaman 2 dari 2
(izt/ita)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.
Hide Ads