Seorang pria meninggal karena terluka parah setelah bentrokan antara pasukan keamanan dan pengunjuk rasa di Lebanon memanas. Unjuk rasa dilakukan akibat kondisi krisis ekonomi yang kian parah dan lockdown (penguncian) akibat virus Corona.
Dilansir dari AFP, Kamis (28/1/2021), korban bernama Omar Tayba mengalami luka tembak pada Rabu malam waktu setempat (27/1), di mana aksi protes di kota Tripoli, Lebanon Utara berubah menjadi kekerasan selama tiga hari berturut-turut.
"Saudara laki-laki saya berada di Tripoli menyaksikan aksi protes itu ketika dia dipukul," kata saudara Tayban, Ahmad.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Dia dibawa ke rumah sakit dan meninggal pagi ini," tambahnya.
Tayban (29), pekerja di toko roti, menjadi korban tewas pertama - dilaporkan juga oleh media lokal - dari aksi protes yang meletus awal pekan ini di Tripoli.
Menurut Kantor Berita Nasional, total 226 orang harus mendapatkan perawatan pada Rabu malam (27/1) usai bentrokan antara pasukan keamanan dan para demonstran.
Tripoli sudah menjadi salah satu daerah termiskin di Lebanon sebelum pandemi virus Corona. Pandemi menambah kesengsaraan dan memicu krisis ekonomi.
Banyak penduduknya yang tidak memiliki penghasilan sejak Lebanon memberlakukan lockdown total pada awal bulan, sebagai upaya membendung lonjakan kasus COVID-19 dan mencegah rumah sakit kewalahan.
Pemerintah juga memberlakukan aturan jam malam di seluruh wilayah dan membatasi pengiriman bahan makanan, di mana layanan ini seringkali tidak tersedia di daerah-daerah yang lebih miskin.
Lockdown di Lebanon diperpanjang selama dua minggu hingga 8 Februari mendatang.
(izt/ita)