Presiden Rusia Vladimir Putin mengutuk protes akhir pekan lalu yang menuntut pembebasan kritikus Kremlin, Alexei Navalny sebagai tindakan berbahaya dan ilegal.
Dilansir dari Reuters, Selasa (26/1/2021), polisi telah menahan lebih dari 3.700 orang dan menggunakan kekerasan untuk membubarkan aksi unjuk rasa di berbagai wilayah Rusia pada hari Sabtu (23/1). Saat itu puluhan ribu pengunjuk rasa mengabaikan cuaca dingin ekstrem dan peringatan polisi demi menuntut Navalny dibebaskan dari penjara.
Dalam sebuah bantahan publik atas tuduhan Navalny, Putin juga menolak tuduhan yang dibuat seorang kritikus minggu lalu dalam sebuah video - yang ditonton lebih dari 86 juta orang di YouTube. Dalam video itu, Putin disebut memiliki istana Laut Hitam yang mewah yang dibuat oleh teman-temannya, termasuk menggunakan uang negara. Putin mengatakan bahwa properti itu bukan miliknya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Tidak ada apa pun di sana yang menjadi milik saya atau kerabat saya. Properti itu tidak pernah menjadi milik (kami)," kata Putin.
Putin, yang tidak menyebut nama Navalny, juga mengatakan kepada para mahasiswa pada Senin (25/1) bahwa seseorang tidak boleh menggunakan tindakan protes ilegal untuk memajukan kepentingan politik mereka sendiri.
"Setiap orang berhak untuk mengungkapkan pandangannya dalam kerangka yang ditentukan oleh hukum. Apa pun di luar hukum bukan hanya kontra-produktif, tapi berbahaya, "kata Putin.
Dia mengutip pergolakan yang disebabkan oleh Revolusi Rusia 1917 dan runtuhnya Uni Soviet tahun 1991 sebagai contoh bagaimana tindakan ilegal dapat menyebabkan kesengsaraan orang dan karena itu harus dihindari.
Saat Putin berbicara, Leonid Volkov, sekutu Navalny yang sekarang berada di luar Rusia, mengumumkan rencana unjuk rasa kembali pada minggu ini untuk menuntut kebebasan Navalny.
Tidak Ada Tindak Cepat Uni Eropa - AS
Sementara menuntut pembebasan Navalny, baik Uni Eropa maupun Amerika Serikat tidak akan mengambil tindakan cepat untuk meningkatkan tekanan pada Rusia.
Uni Eropa mengatakan akan menahan untuk memberi sanksi baru terhadap Rusia jika Kremlin membebaskan Navalny setelah 30 hari. Uni Eropa juga akan mengirim diplomat utamanya ke Moskow, Rusia minggu depan.
Presiden AS Joe Biden, yang memperpanjang perjanjian kendali senjata START Baru dengan Rusia, mengatakan dia tidak akan ragu untuk mengkritik Moskow, tetapi mengumumkan tidak ada tindakan baru.
Biden mengatakan dia telah meminta pembaruan tentang peretasan dunia maya besar-besaran yang dituduhkan pada Rusia, di mana negara itu menggunakan perusahaan teknologi AS, Solar Winds Corp sebagai batu loncatan untuk menembus jaringan pemerintah federal. Biden juga akan menindak tegas laporan media bahwa Rusia telah menawarkan hadiah kepada militan yang terkait dengan Taliban untuk membunuh pasukan koalisi termasuk personel Amerika, di Afghanistan.
"Saya tidak akan ragu untuk mengangkat isu Rusia," kata Biden.
Ketegangan antara Moskow dan Washington telah berkobar karena aksi protes para pendukung Navalny. Kementerian Luar Negeri Rusia mengatakan telah mengeluarkan protes diplomatik kepada Duta Besar AS untuk Rusia, John Sullivan karena dipandang ikut campur urusan dalam negerinya.
(izt/ita)