Departemen Keamanan Dalam Negeri Amerika Serikat mengeluarkan peringatan adanya ancaman terorisme nasional pada Rabu (27/1) waktu setempat. Peringatan ini dikeluarkan setelah munculnya potensi ancaman dari ekstremis antipemerintah yang menentang Joe Biden sebagai presiden.
Dilansir AFP, Kamis (28/1/2021), dalam peringatan itu disebut para ekstremis dapat melakukan serangan terhadap pejabat-pejabat terpilih dan fasilitas pemerintah, seperti yang terjadi pada serangan 6 Januari lalu di gedung Capitol AS oleh para pendukung mantan presiden Donald Trump.
Peringatan ini disampaikan setelah sebelumnya pihak berwenang di California mendakwa seorang pendukung Trump atas kepemilikan lima bom pipa rakitan. Pendukung Trump itu diduga akan melakukan penyerangan terhadap para pejabat terpilih AS.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dalam Buletin Sistem Penasihat Terorisme Nasional (NTAS), disebutkan bahwa ancaman serangan ini dapat bertahan selama beberapa minggu, setelah pelantikan Biden pada 20 Januari dan ketika Trump menghadapi persidangan pemakzulan di Senat atas "hasutan pemberontakan" karena diduga mendorong serangan terhadap gedung Capitol AS.
"Informasi ini menunjukkan bahwa beberapa ekstremis yang keberatan terhadap pelaksanaan otoritas pemerintah dan transisi presiden, serta keluhan yang dipicu oleh narasi palsu, dapat terus bergerak untuk menghasut atau melakukan kekerasan," kata Departemen Keamanan Dalam Negeri (DHS).
"DHS tidak memiliki informasi untuk menunjukkan secara spesifik dan kredibel," imbuhnya.
"Namun, kerusuhan dengan kekerasan terus berlanjut dalam beberapa hari terakhir dan kami merasa prihatin bahwa mereka yang frustrasi dengan pelaksanaan otoritas pemerintah dan transisi presiden dapat terus memobilisasi untuk menghasut atau melakukan kekerasan," demikian disampaikan DHS.
Lebih dari 150 Orang Ditangkap
Peringatan itu datang dua hari setelah Pentagon mengatakan ribuan pasukan Garda Nasional yang dikerahkan ke Washington, DC untuk pelantikan Biden akan tetap berada di ibu kota AS hingga Maret karena potensi ancaman.
Pada hari Selasa (26/1), Departemen Kehakiman mengatakan telah menangkap lebih dari 150 orang atas serangan di gedung Capitol dan sedang menyelidiki ratusan lainnya.
"Semakin banyak investigasi yang difokuskan pada tuduhan konspirasi dan hasutan, mereka bisa didakwa hingga 20 tahun penjara," kata Michael Sherwin, Plt jaksa federal untuk Washington.
Tiga orang yang terkait dengan kelompok ekstremis Proud Boys dan Oath Keepers telah didakwa atas dasar itu.
"Kasus mereka penting karena ini menunjukkan kelompok milisi secara aktif terlibat dalam perencanaan dan pelanggaran Capitol," kata Sherwin.
FBI terus mencari pelaku yang menempatkan dua bom pipa di dekat Capitol AS pada 6 Januari. Bom tersebut tidak sampai menyebabkan ledakan, dan FBI telah menawarkan hadiah US$ 75.000 (Rp 1 miliar) untuk informasi mengenai pelaku dalam kasus tersebut.